Profil Gus Mus dan Fakta Unik Puisi 'Republik Rasa Kerajaan', Pernah Dibaca Buat Sindir Orde Baru

Farah Nabilla Suara.Com
Jum'at, 03 November 2023 | 11:35 WIB
Profil Gus Mus dan Fakta Unik Puisi 'Republik Rasa Kerajaan', Pernah Dibaca Buat Sindir Orde Baru
KH A Mustofa Bisri atau Gus Mus (YouTube/NU Online)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Video KH Ahmad Mustofa Bisri atau lebih dikenal Gus Mus ketika tampil dalam sebuah acara di Taman Budaya Surakarta pada Selasa (31/10/2023) malam viral di media sosial.

Dalam video, Gus Mus yang berada di mimbar menceritakan tentang sebuah puisi yang dibacanya pada zaman Orde Baru. Diceritakan, gara-gara puisi yang dibaca Gus Mus itu, ketua panitia acara sampai diamankan oleh pihak berwenang.

Gus Mus pun membacakan puisi menohok itu dari ponselnya di pada 31 Oktober 2023 lalu.

"Zaman kemajuan, inilah zaman kemajuan. Ada sirup rasa jeruk dan durian. Ada keripik rasa keju dan ikan. Ada republik rasa kerajaan," ucap Gus Mus disambut tepuk tangan penonton.

Baca Juga: Profil Husain Djojonegoro, Keluarga Pemilik Orang Tua Group dan ABC

Dikenal sebagai Kiai yang dihormati dan cinta akan puisi, lantas siapa sebenarnya Gus Mus? Simak penjelasan berikut ini.

Profil Gus Mus

KH Ahmad Mustofa Bisri atau lebih sering dipanggil dengan Gus Mus lahir pada 10 Agustus 1944 di Rembang sehingga kini berusia 79 tahun. Dia merupakan seorang budayawan sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Raudlatul Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah. 

Gus Mus pernah menjadi Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama tahun 2014 hingga 2015 karena menggantikan KH Sahal Mahfudz yang wafat. Dia juga merupakan salah seorang pendeklarasi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sekaligus perancang logo PKB yang digunakan hingga kini. Gus Mus juga penyair sekaligus penulis kolom yang sangat dikenal di kalangan sastrawan. 

Riwayat pendidikan Gus Mus dimulai di Sekolah Rakyat (SR) Rembang. Dia kemudian melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri di bawah asuhan KH Marzuqi Dahlan dan KH Mahrus Aly kurang lebih selama 1,5 tahun.

Baca Juga: Profil Edy Natar Nasution, Sosok Plt Gubernur Riau Pengganti Syamsuar

Setelah itu Gus Mus melanjutkan menimba ilmu di Pondok Pesantren Al Munawwir, Krapyak, Yogyakarta selama 4 tahun di bawah asuhan KH Ali Maksum dan KH. Abdul Qadir. Setelah menamatkan di pondok tersebut, dia menimba ilmu di Universitas Al Azhar Kairo, Mesir.

Gus Mus merupakan seorang pemuka agama alias ulama pertama kali yang memperoleh penghargaan "Yap Thiam Hien" pada tahun 2017 karena dia dikenal sebagai pejuang Hak Asasi Manusia (HAM).  Ketika Gus Mus menimba ilmu di Universitas Kairo, dia pernah menjadi pengurus HPPI (Himpunan Pemuda dan Pelajar Indonesia) bersama KH Syukri Zarkasyi sekaligus menjadi aktivis pengelola majalah organisasi berdua dengan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Gus Mus menikah dengan Hj. Siti fatmah pada tahun 1971. Mereka telah dikaruniai 7 anak (6 putri, 1 putra bernama M. Bisri Mustofa) dan 13 cucu.

Puisi Gus Mus, Zaman Kemajuan

Gus Mus dikenal seringkali membuat puisi bernada sindirian terhadap situasi yang sedang terjadi dalam negeri. Dia menyebut puisi bernada sindiran itu sebagai puisi balsem. Inilah Puisi Karya Gus Mus berjudul "Zaman Kemajuan" yang kontroversial itu.

Zaman Kemajuan
Inilah zaman kemajuan
Ada serupa rasa jeruk dan durian
Ada kripik rasa keju dan ikan
Ada republik rasa kerajaan

Selain puisi tersebut, sejumlah puisi sindiran Gus Mus pun sangat terkenal. Diantaranya berjudul Negeri Haha Hihi, Di Negeri Amplop, Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana, Bangsa Ini dan masih banyak lagi.

Sindir Politik Dinasti Jokowi?

Potongan puisi Gus Mus tentang republik rasa kerajaan itu viral di media sosial X (Twitter) karena diduga menyindir keadaan politik Indonesia saat ini. Meski tak menjelaskan secara detail, namun netizen berspekulasi bahwa puisi itu sengaja ditujukan untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Pasalnya Presiden Jokowi saat ini banyak dituding tengah melakukan politik dinasti karena keluarganya banyak terjun di dunia pemerintahan. Putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka yang menjabat sebagai Wali Kota Solo kini diusung naik menjadi calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto.

Gibran sebelumnya tak bisa maju sebagai cawapres karena belum memenuhi syarat usia minimal 40 tahun. Namun Gibran akhirnya lolos, setelah Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan gugatan batas usia capres-cawapres.

Namun yang menjadi polemik adalah Ketua MK yang mengabulkan permintaan batas usia capres-cawapres diubah merupakan adik ipar dari Presiden Jokowi. Pergerakan politik Jokowi itu lantas membuat banyak orang menilai bahwa sang presiden tengah membangun dinasti politiknya.

Kontributor : Trias Rohmadoni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI