Namun, perjalanan simbol semangka ini tidak selalu berjalan mulus. Ketika awal warga menunjukkan protes melalui semangka, pemerintah Israel menutup pameran di Ramallah yang menampilkan beberapa karya seni semangka.
Bukan hanya larangan penggunaan bendera Palestina, Israel juga melarang penggunaan warna serupa dengan bendera itu.
Muncul Kembali
Larangan terhadap bendera Palestina itu baru dicabut pada tahun 1993, setelah ada Kesepakatan Oslo (Oslo Accords) yang mensyaratkan pengakuan bersama oleh Israel dan Palestina. Kesepakatan ini menjadi perjanjian formal Israel-Palestina pertama yang mencoba menyelesaikan konflik kedua wilayah selama beberapa dekade.
Penggunaan semangka sebagai simbol Palestina juga merebak pada tahun 2007 saat peristiwa Intifada Kedua. Pada tahun 2021, semangka juga kembali populer saat pengadilan Israel memutus keluarga Palestina di Yerusalem Timur untuk diusir dari rumah mereka guna memberi jalan bagi para pemukim.
Pada Januari 2023, Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir memberi polisi negara Israel kewenangan untuk menyita bendera Palestina. Langkah tersebut lalu diikuti dengan pemungutan suara untuk melarang bendera Palestina ditampilkan di institusi yang dibiayai pemerintah, termasuk universitas. RUU ini awalnya lolos, tapi kemudian batal setelah Israel membubarkan parlemen.
Pada Juni lalu, Zazim, organisasi masyarakat Arab-Israel, meluncurkan kampanye memprotes penangkapan dan penyitaan bendera. Seiring dengan protes ini, gambar-gambar semangka pun terpampang di taksi-taksi yang beroperasi di Tel Aviv.
"Pesan kami kepada pemerintah jelas: kami akan selalu menemukan cara untuk menghindari larangan yang tidak masuk akal dan kami tidak akan berhenti berjuang untuk kebebasan berekspresi dan demokrasi," ucap direktur Zazim, Raluca Ganea.
Kontributor : Trias Rohmadoni
Baca Juga: Ramai Ajakan Boikot Produk Pro Israel, Cek Daftarnya