Suara.com - Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Agus Subiyanto punya masa lalu yang tak secerah hidupnya kini.
Adapun Agus Subiyanto kini menikmati puncak kariernya. Bahkan, sosok Presiden Joko Widodo aka Jokowi memilih Agus sebagai calon tunggal Panglima TNI menggantikan Laksamana Yudo Margono yang akan pensiun.
Dahulu, kisah hidup Agus Subiyanto penuh tantangan. Ia bahkan lahir di keluarga broken home hingga pernah ditolak kala mendaftar sebagai Satpam.
Agus Subiyanto: Yatim di usia muda
Baca Juga: Pernah Sohiban di Solo, Presiden Jokowi Sebut Agus Subiyanto Penuhi Segala Aspek Jadi Panglima TNI
Agus menuangkan kisah hidupnya dalam buku autobiografi berjudul Believe yang diterbitkan 2021 silam oleh penerbit Kompas.
Melalui memoar tersebut, Agus bercerita bahwa ia ditinggal oleh ibu kandungnya saat berusia 5 tahun. Ia juga harus ditinggal oleh sang ayah yang berpulang saat Agus duduk di SMA. Beruntungnya, ia dan adiknya berakhir diasuh oleh ibu tiri.
Ternyata, ayah Agus juga merupakan seorang tentara. Agus kerap mendapat kisah inspiratif dari sang ayah terkait mengabdi sebagai prajurit. Sontak, Agus akhirnya bersikeras untuk melanjutkan perjuangan sang ayah.
Agus memberanikan diri untuk mengikut tes di Sekolah Calon Bintara Kodam Siliwingi. Kala itu, Agus dibuat bingung oleh hasil tesnya.
Sebab hasil tes tertulis bahwa ia direkomendasikan untuk mengikuti Sekolah Calon Perwira tanpa tes.
Baca Juga: Kapan Komisi I DPR Uji Kelayakan Jenderal Agus Subiyanto Sebagai Calon Panglima TNI?
Agus yang kadung dibuat bingung akhirnya memutuskan untuk mencari lini kariernya di tempat lain.
Gagal jadi Satpam
Pria kelahiran Cimahi ini akhirnya memutuskan untuk hijrah ke Bogor dan mendaftar menjadi Satpam mal Internusa. Sayangnya, ia tak diterima.
Hal tersebut tak memutuskan tekat Agus lantaran ia kembali mendaftar ke tempat lain, namun menerima nasib yang sama.
Masuk tentara berakhir mujur: Jadi sohib Jokowi
Agus akhirnya kembali mengadu nasibnya dengan mendaftar Akabri. Kali ini, nasibnya lebih mujur. Ia bahkan didapuk menjadi lulusan terbaik kedua se-Jawa Barat untuk angkatan 1988.
Ia kerap menerima penghargaan atas jasanya, termasuk kala ia menumpas Fretilin dalam Operasi Seroja di Timtim pada 1995 kala masih berpangkat Letnan Dua. Agus akhirnya menikmati berbagai jabatan strategis di TNI.
Kepiawaiannya dalam medan perang berbuah panggilan dari Kopassus dan dipromosikan menjadi Danyon 22 Grup 2 Parako Kopassus.
Kala itu, ia bertemu dengan Presiden Joko Widodo dan menjadi sahabat karib. Ia kini menikmati puncak kariernya sebagai KSAD sekaligus calon panglima TNI.
Kontributor : Armand Ilham