Sharon juga menjabat Menteri Infrastruktur dan pada 1998 menjadi Menteri Luar Negeri. Kemudian, pada 1999, Benyamin Netanyahu mundur dari Ketua Partai Likud dan Sharon maju menggantikannya. Hal ini memuluskan jalannya menjadi PM Israel pada 2001.
Sebagai PM, Sharon membentuk koalisi persatuan nasional dan menyarankan perdamaian Israel-Palestina. Namun, langkah ini membuat Partai Likud terpecah hingga pada 2005, ia membuat partai baru, Kadima. Di tahun itu, kariernya pun terhenti karena serangan stroke.
Kematian Tragis Ariel Sharon
Sharon pertama kali mengalami stroke pada Desember 2005 dan diberi pengencer darah. Lalu, pada Januari 2006, terjadi pendarahan parah di otaknya. Ia dirawat di RS di Yerusalem, namun dipindahkan ke Tel Hashomer untuk perawatan jangka panjang.
Penderitaan itu dimulai saat ia menjalani operasi akibat luka di ususnya yang sudah terinfeksi dan membusuk. Tujuan pembedahan ini untuk mencegah infeksi menyebar ke bagian tubu lain. Namun, bukan membaik, yang terjadi justru penyumbatan di otaknya.
Hal tersebut membuat infeksi menyebar ke seluruh tubuh hingga turut mengalami pembusukan. Meski begitu, Sharon masih hidup, namun dalam keadaan tidak sadar. Selama koma, organ-organ tubuhnya semakin rusak sampai tak berfungsi sama sekali.
Segala peralatan canggih yang dipasang di tubuhnya selama koma delapan tahun rupanya sia-sia. Sharon dinyatakan meninggal dunia pada 11 Januari 2014. Di sisi lain, sebelum tidak sadarkan diri, ada isu dari asistennya soal mimpi tokoh Israel tersebut.
Dikatakan bahwa setiap tidur malam, Sharon sering diganggu oleh satu mimpi yang sama. Di mana ia ditangkap oleh warga Palestina yang sangat marah dan dendam terhadap dirinya. Dalam mimpi itu, ia disiksa, diarak keliling kota, hingga dimasukkan ke api.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti
Baca Juga: Ahli Toksikologi Ungkap Bahaya Mematikan Bom Fosfor Putih yang Dipakai Israel di Jalur Gaza