Suara.com - Polemik putusan MK pada 16 Oktober lalu hingga kini masih menuai pro kontra. Lantaran hal tersebut memuluskan jalan Gibran Rakabuming untuk maju ke Pilpres 2024.
Anggota DPR Ri dari PDI Perjuangan Masinton Pasaribu marah besar dengan putusan Mahkamah Konstitusi. Hal ini blak-blakan disampaikan Masinton di Rapat Paripurna DPR RI pada Selasa (31/10/2023 terang-terangan menyebut kisruh yang terjadi seperti tirani konstitusi.
"Kita mengalami satu tragedi konstitusi pasca terbitnya putusan MK 16 Oktober lalu, itu adalah tirani konstitusi!" tegas Masinton yang terdengar menuai tepuk tangan dari para peserta rapat.
Karena itulah, Masinton menekankan pentingnya untuk menjaga konstitusi supaya tetap berdiri tegak dan tidak diutak-atik demi kepentingan segelintir pihak belaka. Setelah itulah, terdengar Masinton yang enggan menyebutkan semua nama peserta Pilpres 2024 yang sudah mendaftar ke KPU tetapi mengecualikan Gibran.
"Saya berdiri di sini bukan atas kepentingan partai politik, tidak bicara tentang kepentingan calon presiden dan calon wakil presiden,” tutur Masinton.
"Saya tidak bicara tentang calon presiden Saudara Anies dan Muhaimin Iskandar. Saya tidak bicara tentang Pak Ganjar dan Prof Mahfud. Saya juga tidak bicara tentang Pak Prabowo beserta pasangannya. Tapi saya bicara tentang bagaimana menjaga mandat konstitusi, menjaga mandat reformasi dan demokrasi ini," lanjutnya.
Tentu saja potensi kekuasaan tirani tidak sejalan dengan demokrasi.
Arti Tirani
Tirani adalah salah satu bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh pemimpin yang menjalankan kekuasaannya secara sewenang-wenang. The Open Science Framework (OSF) menjelaskan bentuk pemerintahan merujuk pada rangkaian institusi politik yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu negara guna menegakkan kekuasaannya atas komunitas politik.
Tirani memiliki potensi untuk mengekang kebebasan dan hak asasi individu. Bisa juga menimbulkan represi dalam rangka mempertahankan kekuasaan mereka. Tirani menggambarkan dominasi penguasa yang sewenang-wenang, sering kali menghasilkan penderitaan dan ketidaksetaraan di dalam masyarakat yang diperintahnya.