Suara.com - Salah satu saksi ahli kasus kopi sianida 2016 silam, Prof I Made Agus Gelgel Wirasuta menilai wajar perkara yang menyeret Jessica Wongso kembali jadi sorotan karena Indonesia sebagai republik telenovela.
Prof.I Made Agus Gelgel merupakan Ahli Toksikologi Forensik Universitas Udayana, yang didatangkan jaksa penuntut umum (JPU) dan jadi saksi yang memberatkan Jessica Wongso sebagai terdakwa.
Meski begitu, ahli racun yang akrab disapa Prof. Gelgel ini menyayangkan setelah tayangan film dokumenter Netflix, Ice Cold banyak netizen yang tiba-tiba merasa jadi pakar, bahkan tidak sungkan merundung dan menghina seolah jadi pihak yang paling benar.
"Kita ini (soal dokumenter kopi sianida) kalau saya simpulkan sederhana, kita ini republik telenovela, ada case kita akan sibuk semua, seolah-olah hari ini aku jadi expert. Menjudge (menghakimi) orang membully orang, (menurut netizen) it's my happy," papar Prof. Gelgel kepada suara.com di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (31/10/2023).
Pengalaman dihujat setelah tayangan Netflix ini juga dirasakan langsung Prof. Gelgel, karena dirinya jadi salah satu saksi ahli toksikologi dari pihak JPU yang mendakwa Jessica.
Tapi menurut ahli racun yang sudah mendapat predikat doktor dari University Hamburg Jerman ini enggan mengambil pusing hujatan tersebut, karena baginya kisah kopi sianida sudah 'tutup buku'.
"(Hujatan) saya makanya nggak nanggepin, karena sudah selesai kasusnya (Jessica Wongso) di pengadilan," katanya.
Lebih jauh, Prof. Gelgel juga mengingatkan netizen untuk tidak sembarangan mau digiring atau dengan mudah dipecah belah, hingga bertengkar yang hanya membuat Indonesia jadi negara tertinggal.
"Sekarang kenapa? Ya kita dengan sukarela tanpa dibayar membuat Netflix jadi kaya raya. Karena apa? Ratingnya akan naik, yang untung siapa? Yang rugi, kita berantem sesama kita. Jadi berhenti (menghujat dan bully)," pesan Prof. Gelgel.
Baca Juga: Profil Herman Soegeng, Pendeta Pembongkar Borok Hubungan Mirna dan Edi Darmawan
Lebih lanjut, pakar yang juga jadi saksi ahli pada kasus Munir itu mengingatkan masyarakat Indonesia, harus mendapat pendidikan karakter sedini dan semaksimal mungkin.
"Pendidikanlah harus ditetapkan dari karakter TK, SD sampai mahasiswa, expert itu yang mana sih? Siapa yang mengatakan expert? Apa bedanya kedokteran yang belajar toksikologi forensik dan apa bedanya dengan farmasis yang belajar toksikologi forensik? Syarat internasional seperti apa, jangan pakai udelnya sendiri," pungkas Prof. Gelgel.