Suara.com - Pendeta Gilbert Lumoindong mendadak jadi sorotan usai menyebut serangan Israel ke Palestina termasuk hukum Musa, "Mata Ganti Mata" dalam khotbahnya. Dalam sebuah video yang diunggah di akun X miliknya, pria 56 tahun itu menganggap hal ini sebagai seruan damai yang perlu ia sampaikan.
Menurut Pendeta Gilbert, bukannya memerintahkan untuk gencatan senjata, Indonesia hanya bisa diam saat Palestina mengirim roket ke Israel. Sebaliknya, perintah itu akan diserukan ketika Israel membalasnya dengan bom.
"Ketika Palestina kirim roket, Indonesia tidak bicara tentang gencatan senjata. Indonesia bicara gencatan senjata selalu setelah Israel membalas," kata dia seperti yang Suara.com kutip pada Selasa (31/10/2023).
Sementara, kata dia iman Yahudi adalah iman Musa. Gigi ganti gigi, mata ganti mata. Sehingga, mereka tak akan menyerang, jika Palestina tidak mengusik lebih dulu.
Baca Juga: Dukung Palestina, Syifa Hadju Tolak Tawaran Kerjaan yang Pro Israel
"Kamu nyerang kami, kami diam, kami peringatkan. Kau masih tetap, kami balas sampai kami dapat apa yang kalian juga perbuat," pungkasnya lagi.
Lebih lanjut, Pendeta Gilbert bertanya, apakah Indonesia benar-benar jujur ingin perdamaian antara kedua negara terjadi? Jika ya, ia meminta masyarakat untuk merenungkan hal yang ia sebutkan tadi.
"Indonesia tidak pernah bicara gencatan senjata waktu roket dikirim lalu katakan "palestina stop roket". Maaf ibu Menlu yang saya hormati, bapak Presiden yang saya hormati. Apakah Indonesia jujur benar-benar mau perdamaian? Coba renungkan," tambahnya.
Bukan cuma itu, Pendeta Gilbert juga mengatakan jika Pancasila memang ingin menghapuskan penjajahan di muka bumi, bukanlah peperangan juga harus dihapuskan?
"Kalau mau menolong yang menderita, dari kedua pihak. Dan memerintahkan kepada dua-duanya untuk gencatan senjata. Palestina harus stop dengan roketnya, Israel harus stop dengan bomnya. Lalu indonesia pegang tangan Israel, pegang tangan Palestina. Mempersatukan, itu baru keren," tutup dia.
Baca Juga: Penulis Trinity Traveler Disorot Usai Bilang Cowok Israel Ganteng, Begini Pendapatnya
Khotbah Pendeta Gilbert tersebut lantas dinilai netizen sebagai salah satu bentuk pro Israel. Hal ini membuatnya lantas diserang dan dinilai tidak berperikemanusiaan.
"Anda melihat hanya yang terjadi hari ini, kalau mau memainkan hukum qisos (mata ganti mata, nyawa ganti nyawa) jangan melihat hari ini, tetapi lihatlah ulah Israel Yahudi sejak tahun 1948.
Israel biadab karena didukung oleh Amerika, Inggris, Jerman, Perancis dan sekutunya yang lain. Indonesia telah memainkan perannya sesuai dengan amanah UUD ‘45. Dan karena itu, didukung banyak negara," kata @wdtu.
"Dari kecil saya mengagumi khotbah dan pemikiran bpk sbg pendeta, beberpa tahun lalu saya lebih percaya "Humanity Above Religion" karna Tuhan saya mengajarkan "cinta kasih", dri video ini saya sangat kecewa tentang pemikiran bpk tentang siapa yg salah dan memulai perang," ucap @dxsxxxx.
"Ini pak, ada pesan dari Excellency Bishop Atallah Hanna dari gereja Nativity di Bethlehem. Semoga hatinya dibuka ya Pak, bukan rekeningnya aja yang dibuka," ujar @natixxxxx.
"Seruan damai? Israel hanya akan berhenti menindas rakyat Palestina setelah mengusir dan mencaplok seluruh wilayahnya. Padahal saudara seiman kalian umat kristiani di sana menderita juga, Gerejanya dibom juga," tambah @nasrxxxx.
Profil Gilbert Lumoindong
Di antara banyak pendeta di Indonesia, salah satu sosok yang banyak disorot oleh masyarakat umum adalah Gilbert Lumoindong. Ia lahir pada 26 Desember 1966.
Keajaiban Tuhan lah yang membuat Gilbert menjadi seorang pastor. Pasalnya saat masih kecil, saraf pada otaknya sempat bermasalah hingga dokter memvonis jika kemampuan otaknya akan secara berangsur-angsur menurun.
Hal ini pun membuat orang tuanya mulai aktif mendatangi suatu Persekutuan Doa (PD) untuk memohon doa kepada Tuhan atas kesembuhan anak mereka. Pimpinan dari PD tersebut adalah mendiang Ibu Ev. Slamet dan Bapak Ev. Murti.
Gilbert kecil pun kerap menghadiri suatu ibadah Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) untuk orang dewasa. Pada saat hamba Tuhan memanggil para jemaat yang memohon untuk didoakan, dia pun turut maju.
Di usia belum genap 10 tahun, Gilbert mengalami kesembuhan dan kemampuan otaknya berkembang secara drastis. Bahkan dia seringkali mendapat predikat sebagai juara kelas dan lulus dari SMA dengan nilai ujian terbaik. Alasan inilah yang akhirnya membuatnya menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan.
Pada usia 17 tahun, Gilbert mulai aktif sebagai pengkhotbah di beberapa organisasi pemuda Kristen. Ia menyelesaikan pelatihan School of Ministry yang dimiliki oleh Morris Cerullo dan pernah mengikuti kursus Alkitab di GBI Mawar Sharon mendapat pujian dan sambutan positif atas khotbahnya yang luar biasa.
Kemudian ia juga kuliah di Lembaga Pendidikan Teologi dan Indonesia dan lulus diploma pada tahun 1990. Gilbert kemudian melanjutkan studi teologinya di Institut Teologi dan Pendidikan Indonesia.
Gilbert sempat menjadi ketua Gospel Overseas pimpinan John Hartman pada tahun 1993 sampai 1997, dan juga ia sempat menjadi jemaat di Gereja Tiberias Indonesia, sebelum akhirnya ia memisahkan diri dan mendirikan GL Ministry.
Bersama istrinya, Reinda M. Lumoindong ia juga pemimpin sidang Jemaat pada Gereja Bethei Indonesia, Glow Fellowship Centre, di Jakarta. Di bawah penggembalaannya, dia memimpin lebih dari 18000 jemaat yang memiliki visi “Menegakkan Kerajaan Allah Dalam Kebenaran dan Kasih.”