Mengenal Boycott Divestment Sanctions: Gerakan Tanpa Kekerasan yang Jadi Ancaman Bagi Israel

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Selasa, 31 Oktober 2023 | 18:25 WIB
Mengenal Boycott Divestment Sanctions: Gerakan Tanpa Kekerasan yang Jadi Ancaman Bagi Israel
Mengenal Boycott Divestment Sanctions. (Dok. Instagram/bdsnationalcommittee)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seruan untuk memboikot Israel dan sejumlah merek produk yang mendukung mereka ramai di media sosial Indonesia. Gerakan boikot Israel dan merek produk pendukungnya sebenarnya juga telah lama dilakukan secara terstruktur oleh Boycott, Divestment, Sanctions (BDS). 

BDS kini menjadi gerakan global yang dinamis yang terdiri dari serikat pekerja, asosiasi akademis, gereja, dan gerakan akar rumput di seluruh dunia. Sejak diluncurkan pada tahun 2005, BDS telah memberikan dampak besar dan secara efektif menantang dukungan internasional terhadap apartheid Israel dan kolonialisme pemukim.

Untuk itu penting untuk mengenal Boycott, Divestment, Sanctions sebelum memulai aksi serupa di berbagai negara. Oleh sebab itu, Suara.com merangkum sejumlah informasi penting terkait BDS untuk diketahui bersama. 

Apa itu BDS?

Baca Juga: Ikut Kena Boikot Di Tengah Agresi Israel ke Palestina, McDonalds Indonesia: Kenyamanan Pelanggan Prioritas Utama

Mengenal Boycott Divestment Sanctions. (Dok. Instagram/bdsnationalcommittee)
Mengenal Boycott Divestment Sanctions. (Dok. Instagram/bdsnationalcommittee)

Boycott, Divestment, Sanctions  adalah gerakan tanpa kekerasan untuk kebebasan, keadilan, dan kesetaraan yang dipimpin oleh warga Palestina. BDS menjunjung tinggi prinsip sederhana bahwa warga Palestina berhak atas hak yang sama seperti umat manusia lainnya.

Dalam gerakannya BDS terinspirasi dan menginspirasi dari perlawanan rakyat Palestina selama beberapa dekade belakangan. Mereka juga terinpirasi perjuangan anti-apartheid di Afrika Selatan, gerakan Hak-Hak Sipil AS, dan masih banyak lagi.

Hal ini menginspirasi warga Palestina dan pendukung hak-hak Palestina di seluruh dunia untuk mengungkapkan kebenaran kepada pihak yang berkuasa, untuk menantang struktur kekuasaan yang hegemonik dan rasis, serta menegaskan bahwa hak-hak Palestina harus dihormati dan dilaksanakan.

Kampanye yang dilakukan oleh BDS bertujuan untuk mendelegitimasi dan menekan Israel, melalui isolasi diplomatik, keuangan, profesional, akademik dan budaya terhadap Israel, individu Israel, lembaga-lembaga Israel. 

Gerakan BDS menegaskan bahwa kebijakan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat, dan bahkan beberapa di Jalur Hijau, serupa dengan kebijakan apartheid di Afrika Selatan. Mereka berpendapat bahwa taktik boikot dan isolasi yang sama yang digunakan untuk membantu membubarkan pemerintahan minoritas kulit putih di Afrika Selatan harus digunakan terhadap Israel untuk memaksa Israel mengubah kebijakannya terhadap Palestina.

Baca Juga: Riuh Boikot Starbucks di Media Sosial Usai Dukung Israel, Pengunjung Malah Kasian Dengan Pekerjanya

Bagaimana gerakan yang dilakukan oleh BDS

Kampanye BDS sering kali berfokus pada tuntutan "divestasi" universitas, kota, gereja, serikat pekerja dan portofolio investasi lainnya dari perusahaan-perusahaan yang mendukung klaim "membantu pendudukan Israel". Mereka juga menyerukan "boikot" terhadap produk, profesional, dan asosiasi profesional Israel. dan institusi akademis, dan pertunjukan seni (di Israel dan luar negeri).

Beberapa pendukung BDS percaya bahwa taktik ini adalah cara produktif dan tanpa kekerasan untuk melakukan perubahan dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

Capaian BDS

BDS merupakan faktor utama di balik penurunan investasi asing langsung (FDI) di Israel sebesar 46 persen pada tahun 2014, menurut laporan PBB. Sebuah studi yang dilakukan Rand Corporation memperkirakan BDS dapat mengurangi PDB Israel “sebesar 1 hingga 2 persen” setiap tahunnya selama 10 tahun ke depan, sementara laporan Bank Dunia mengungkapkan bahwa ekspor Israel ke perekonomian Palestina telah turun sebesar 24% pada kuartal pertama tahun 2015.

Kemudian, Veolia, perusahaan multinasional Perancis telah sepenuhnya menarik diri dari Israel setelah kampanye BDS mengenai perannya dalam kolonisasi Israel atas tanah Palestina yang mengakibatkan hilangnya kontrak senilai miliaran dolar. Tidak hanya itu, produsen senjata terkemuka Israel mengeluhkan “krisis” ekspor yang anjlok, yang sebagian disebabkan oleh “kurangnya keinginan terhadap produk buatan Israel.”

Selanjutnya, perusahaan-perusahaan internasional besar termasuk Orange, G4S dan Unilever telah mengumumkan langkah-langkah untuk mengakhiri partisipasi mereka dalam kejahatan Israel. Ribuan artis termasuk Roger Waters dari Pink Floyd, Faithless, Lauryn Hill, Brian Eno dan Elvis Costello juga menolak tampil di Israel.

Asosiasi akademis dan perkumpulan mahasiswa, terutama di AS, Kanada, Afrika Selatan, dan Inggris, kini mendukung BDS. Sejumlah gereja telah melakukan divestasi dari perusahaan yang terlibat dalam pendudukan Israel. Israel menganggap BDS sebagai “ancaman strategis” terhadap penindasan yang sedang berlangsung terhadap warga Palestina. Beberapa warga Israel menyerukan perubahan sederhana terhadap kebijakan Israel.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI