Kenapa Negara-Negara Arab Tidak Membantu Palestina?

Farah Nabilla Suara.Com
Selasa, 31 Oktober 2023 | 13:34 WIB
Kenapa Negara-Negara Arab Tidak Membantu Palestina?
Sejumlah warga Palestina di Gaza mengungsi di tengah aksi agresi militer Israel, Rabu (11/10/2023). [Foto: AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Peran negara-negara Arab termasuk Mesir dipertanyakan ketika Palestina kembali diserang Israel sebagai aksi balasan setelah serangan Hamas pada awal Oktober 2023.

Kenapa negara-negara Arab tidak membantu Palestina menyerang Israel, membantu mendamaikan keduanya, atau menolong Palestina?

"Saya belum melihat negara Arab mana pun yang tidak menyatakan dukungan untuk Palestina pada tingkat retoris dan akan sangat sulit bagi mereka untuk mengatakan sebaliknya. Tapi apa yang mereka lakukan sangat berbeda, kata H.A. Hellyer, akademisi politik Timur Tengah dari Carnegie Endowment, Washington.

Konflik antara Israel dan Palestina sudah berlangsung sejak lama. Pasukan Zionis memulai serangan 'membersihkan' etnis di Palestina dan mendirikan negara Israel pada tahun 1948.

Baca Juga: Riuh Boikot Produk Pendukung Israel, Apa yang Bisa Dipelajari dari Kemenangan Gerakan 'Boycott Divestment Sanctions'?

Mengutip dari Al Jazeera, saat itu negara-negara Arab masih membela Palestina. Negara-negara Arab marah besar dengan serangan Israel terhadap Palestina. Mereka bahkan mengangkat isu pembebasan Palestina menjadi perjuangan bersama.

Tapi ketika rezim negara-negara Arab baik republik maupun monarki semakin berkembang, ketertarikan mereka akan isu Palestina memudar. Ketergantungan terhadap Amerika Serikat justru semakin memperkuat pengabaian mereka terhadap Palestina. Seperti diketahui, Amerika adalah pendukung utama Israel dan segala proyek penjajahannya, termasuk soal teknologi senjata.

Kondisi Palestina juga semakin tak karuan ketika tahun 2007 Hamas mengambil alih pemerintahan di Jalur Gaza dari Otoritas Palestina (PA). Lebih parahnya, PA yang sudah diakui sebagai badan legal yang mengatur wilayah Palestina malah kehilangan legitimasinya di mata masyarakat Palestina.

Perpecahan di dalam tubuh Palestina ini bukan cuma menguntungkan Israel tapi juga membuat negara-negara Arab enggan melanjutkan perjuangan Palestina.

Di Mesir, pengungsi dari Palestina seolah tak lagi punya tempat berlindung. Pada tahun 1948 lalu, ketika Israel menyerang habis-habisan Palestina, 700 ribu warga terusir. Peristiwa ini disebut sebagai 'Nakba' yang berarti malapetaka.

Baca Juga: Kenapa PBB Tidak Membantu Palestina? Ternyata Ini Penyebabnya!

Lalu pada Perang Timur Tengah tahun 1967, ketika Israel merebut Tepi Barat dan Jalur Gaza, sebanyak 300 ribu warga Palestina lain melarikan diri sebagian besar ke Yordania.

Sekitar 6 juta pengungsi dan keturunannya ini tinggal di kamp-kamp di Tepi Barat, Gaza, Lebanon, Suriah dan Yordania.

Setelah pertempuran terhenti di tahun 1948, Israel menolak para pengungsi kembali ke tanah mereka. Padahal, pengembalian pengungsi merupakan bagian dari perjanjian damai. Israel menolaknya dengan alasan bahwa kembalinya para pengungsi akan mengancam keberadaan warga Yahudi di negara tersebut.

Melihat konflik itu, Mesir khawatir ledakan sejarah Nakba akan terulang lagi dan pengungsi akan menetap selamanya di Gaza.

Mesir bingung dengan ketidakjelasan perang ini.

“Ketidakjelasan Israel mengenai niatnya di Gaza dan evakuasi penduduknya sendiri merupakan suatu permasalahan,” kata Riccardo Fabiani, Direktur Proyek Afrika Utara Crisis Group International.

“Kebingungan ini memicu ketakutan di lingkungan sekitar.”

Mesir meminta Israel untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Israel bilang mereka akan melakukannya, tapi tidak jelas. Israel tidak menyebut langsung kapan akan membuka jalur kemanusiaan itu.

Sementara itu, Mesir sedang menghadapi krisisnya sendiri yang menjadi semakin parah. Mereka juga harus menampung 9 juta pengungsi dan migran, termasuk 200 ribu warga Sudan yang melarikan diri dari perang.

“Semua preseden sejarah menunjukkan fakta bahwa ketika warga Palestina dipaksa meninggalkan wilayah Palestina, mereka tidak diizinkan untuk kembali,” kata HA Hellyer.

“Mesir tidak ingin terlibat dalam pembersihan etnis di Gaza.”

Pada saat yang sama, Mesir mengatakan bahwa eksodus massal dari Gaza akan membawa Hamas atau pasukan militan Palestina lainnya ke wilayahnya. Mesir khawatir hal itu bisa mengganggu stabilitas negara mereka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI