Suara.com - Seruan boikot produk brand maupun restoran yang mendukung agresi Israel ke Palestina menuai banyak pro dan kontra. Pasalnya, hal ini dinilai akan berdampak langsung kepada pekerja yang bekerja di brand maupun restoran tersebut.
Salah satu yang juga termasuk dalam daftar boikot sendiri yakni gerai kopi Starbucks. Gerai kopi ini termasuk ke dalam daftar boikot karena berasal dari Amerika, yaitu negara yang mendukung Israel. Hal ini membuat para konten kreator di Indonesia maupun dunia mengajak memboikot gerai kopi satu ini.
Melihat hal tersebut, tim Suara.com mencoba mengunjungi gerai kopi Starbucks untuk mengetahui alasan para pengunjung tetap membeli di tengah seruan boikot. Berikut beberapa jawaban dari para pengunjung yang membeli di tengah seruan boikot.
1. “Enggak ngaruh, justru kasian yang kerja di sini” – Mia Dwi
Baca Juga: 130 Bayi Baru Lahir di Gaza Palestina Menanti Kematian Karena Keterbatasan Listrik
Mia mengatakan, alasan ia tetap membeli Starbucks sendiri karena menurutnya aksi boikot tersebut tidak memiliki pengaruh besar. Justru, itu akan berpengaruh pada para pekerja yang merupakan orang Indonesia. Oleh sebab itu, menurutnya untuk mendukung Palestina bisa dengan cara lainnya.
“Kalau menurut aku sih enggak ngaruh, karena kan yang punya kerja notabenenya orang sini (Indonesia) juga. Justru diboikot bangkrut, nanti mereka gimana, apalagi cari kerja susah. Kalau dukung bisa cara yang lain sih kayak donasi gitu ke mana yang terpercaya buat bantu warga di Palestina, itu akan lebih berpengaruh sih,” ucap Mia saat diwawancarai, Senin (30/10/2023).
2. “Saya ke sini buat kerja sih” – Ryan Fendi.
Ryan menuturkan, alasan dirinya tetap membeli Starbucks karena untuk kerja. Ia mengaku, dirinya lebih nyaman untuk kerja di sana karena sepi. Sementara terkait boikot, menurutnya dampaknya justru malah lebih kepada pekerja dibandingkan Israelnya.
“Kalau saya ke sini karena nyaman aja sih, sepi enggak berisik dibandingkan yang lain jadi tetep ke sini kalau kerja. Kalau yang boikot itu, menurut saya lebih dampaknya ke pekerja di Indonesia enggak sih, soalnya kalau ke Israelnya justru enggak terlalu,” kata Ryan Fendi.
Baca Juga: Jeremy Thomas Beri Klarifikasi Usai 'Like' Postingan Gal Gadot yang Pro Israel
3. “Aku enggak ngikutin kasusnya” – AT.
Sementara itu, AT (nama inisial) sendiri mengaku, dirinya tidak begitu mengetahui kasusnya. Bahkan, ia mengaku tidak tahu-menahu masalah boikot.
“Aku enggak ngikutin kasusnya, enggak tahu kalau boikot gitu. Cuma tahu Palestina dibom gitu aja sih,” kata AT.
4. “Lebih bantunya ke donasi, sosmed, atau lewat doa aja” – Daffa.
Daffa menjelaskan, menurutnya cara membantu orang beda-beda. Ia sendiri memilih untuk membantu Palestina lewat donasi, media sosial, atau doa. Menurutnya itu yang saat ini bisa dilakukan. Kalau boikot menurut Daffa justru bisa merugikan orang Indonesia yang bekerja di gerai kopi tersebut.
“Aku lebih bantunya ke donsi aja sih kan banyak tuh organisasi buka donasi buat warga Palestina, terus ikut speak up di sosmed, sama lewat doa sih. Kalau boikot yang kerja kasian nanti kita malah jadi rugiin saudara kita yang terdekat dan sebenarnya butuh,” jelasnya.
Itu dia beberapa pernyataan para pengunjung mengapa tetap membeli di tengah boikot. Saat melihat situasi gerai juga masih banyak pengunjung yang datang. Bahkan, dalam gerai pembeli tampak ramai hingga hampir semua kursi penuh.