Menjelajah Dubai Desert Conservation Reserve: Mulai dari Membelah Gurun Hingga Menyantap Hidangan Khas Masyarakat Badui

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 30 Oktober 2023 | 14:59 WIB
Menjelajah Dubai Desert Conservation Reserve: Mulai dari Membelah Gurun Hingga Menyantap Hidangan Khas Masyarakat Badui
dubai desert conservation reserve. (Dok: Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dubai Desert Conservation Reserve (DDCR) atau Cagar Alam Konservasi Gurun Dubai menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan untuk lebih mengenal alam, sekaligus kebudayaan masyarakat Dubai. Kawasan ini memiliki luas kurang lebih 225 kilometer persegi dan telah menjadi rumah bagi lebih dari 50 spesies tumbuhan, 120 burung, dan 43 mamalia dan reptil. 

Bersama Dubai Department of Economy and Tourism, Suara.com berkesempatan untuk mengunjungi dan merasakan langsung pengalaman menyusuri dan membelah gurun yang juga menjadi kawasan cagar alam terluas yang dilindungi oleh pemerintah Uni Emirat Arab.

Perjalanan dimulai dari tempat kami menginap di kawasan Al Seef yang lokasinya tepat berada di sisi Dubai Creek. Kami berkendara sejauh 55 kilometer ke arah Tenggara. Jalan yang kami tempuh relatif mulus, sebelum akhirnya tiba di sebuah jalan bergelombang dengan lubang sana sini yang sukses membuat perut kami berguncang. 

dubai desert conservation reserve. (Dok: Istimewa)
dubai desert conservation reserve. (Dok: Istimewa)

"Penguasa di Dubai sebetulnya punya uang membenahi jalanan ini. Tapi karena di kawasan ini ada 'rumah akhir pekan' para keluarga kerajaan dan di sepanjang jalan tidak ada speed camera, jadi jalan ini dibiarkan seperti ini, agar mereka bisa menjaga kecepatan," ujar Razak, pemandu Platinum Heritage yang membawa mobil yang kami tumpangi. 

Baca Juga: 5 Reality Show Korea Terbaik yang Tayang Tahun 2023, Dijamin Seru Semua!

Setelah menempuh perjalanan selama 45 menit kami tiba di sebuah gerbang kawat yang telah dijaga oleh petugas keamanan. Di satu bagian tertulis "Private Access". Setelah mendata penumpang yang ada di dalam kami akhirnya tiba The Dubai Desert Conservation Reserve. 

Sebelum memulai perjalanan kami 'didandani' dengan penutup kepala layaknya warga asli Emirate. Setelah selesai, kami pindah ke sebuah mobil Land Rover klasik untuk memulai menelusuri taman nasional pertama Uni Emirat Arab. 

dubai desert conservation reserve. (Dok: Istimewa)
dubai desert conservation reserve. (Dok: Istimewa)

Dua ekor unta langsung menyambut kami tak lama setelah mobil yang kami tunggangi menyentuh gurun padang pasir. Kami pun berhenti sejenak untuk sekadar mengabadikan hewan berpunuk itu. Razak, yang menjadi pemandu kami, kembali menginjak pedal gas, dan membuat mobil melaju membelah gurun yang pasirnya berwarna kemerahan karena kandungan besi dan sorotan sinar mentari. 

Sepanjang perjalanan, Razak juga menjelaskan berbagai hal tentang gurun. Salah satunya tentang cara bertahan hidup saat tersesat di tengah gurun.

Ketika matahari mulai merosot ke ufuk barat, kami tiba di sebuah perkemahan untuk menyaksikan atraksi burung falcon, atau alap-alap, yang memiliki sejarah panjang dalam budaya masyarakat Dubai. Berburu dengan falcon dilarang di sebagian besar wilayah UEA, namun penduduk setempat masih menjadikan mereka sebagai sahabat, dan sering menganggap mereka sebagai anggota keluarga. 

Baca Juga: Bisakah Liburan Hemat dan Murah Meriah di Dubai?

Sebelum langit semakin gelap, Razak kembali memacu mobilnya untuk bisa tiba di perkemahan selanjutnya. Setelah kurang lebih 10 menit kami tiba di perkemahan Badui autentik yang diterangi obor.

Safari Dubai Desert Conservation Reserve. (Suara.com/Bimo Aria Fundrika)
Safari Dubai Desert Conservation Reserve. (Suara.com/Bimo Aria Fundrika)

Saat masuk ke perkemahan, kami disuguhkan air mawar untuk mencuci tangan, dan disuguhkan kopi beserta kurma. Seperti diketahui, air mawar dan kurma adalah tradisi Bdaui kuno untuk menyambut tamu. 

"Karena orang Badui adalah pengembara gurun, mereka melakukan ini untuk menyegarkan tamu mereka dan menghilangkan bau tidak sedap yang mereka peroleh selama perjalanan," kata Razak. 

Sebelum menyantap makan malam, kami diajak berkeliling menyaktikan pembuatan roti dan kopi secara langsung. Sambil menunggu makan malam tradisional tiba, kami juga berkesempatan untuk berkeliling dan menunggang unta. 

Safari Dubai Desert Conservation Reserve. (Suara.com/Bimo Aria Fundrika)
Safari Dubai Desert Conservation Reserve. (Suara.com/Bimo Aria Fundrika)

Sambil menunggu hidangan utama, kami disuguhkan sup lentil, yang merupakan hidangan favorit terutama saat musim dingin. Hidangan ini terdiri dari lentil, bawang merah, lada hitam, jinten, jeruk nipis, ketumbar, kentang, wortel, bawang putih, seledri.

Kemudian kami juga disuguhkan beberapa hidangan pembuka, salah satunya Kibbeh yang menjadi makanan populer pilihan turun temurun. Kibbeh terdiri dari biji-bijian gandum, daging sapi cincang, bawang bombay, rempah-rempah, biji pinus. 

Setelah menunggu beberapa saat tibalah hidangan utama disajikan. Salah satu yang paling menarik ialah Traditional Lamb Ouzi, yang melambangkan keramahtamahan bagi masyarakat Dubai. Traditional Lamb Ouzi direbus selama 6 jam di dalam lubang bawah tanah untuk memastikan kelembutan, terlepas dari tulangnya, dan disajikan dengan dua pilihan nasi yang berbeda: Nasi Berbumbu Dengan buncis, bawang bombay, anggur kering, dan bumbu Arab.

Di tengah santap malam, kami juga dihibur dengan musik khas tradisional masyarakat Badui yang mengajak beberapa pengunjung ikut serta di dalamnya. 

Untuk menutup malam, kami berbaring di tengah perkemahan sambil menatap bintang yang menjadi atap malam itu. Bagaimana tertarik untuk menjelajahi gurun di Dubai? 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI