Suara.com - Ada satu minuman yang langsung dihidangkan saat Suara.com pertama kali mengunjungi Sheikh Mohammed Centre for Cultural Understanding, Dubai, beberapa waktu lalu. Minuman itu ialah kopi.
Tak lama setelah kami duduk di majlis, atau tatakan untuk tempat duduk, seorang laki-laki dengan pakaian Kandora memberikan cangkir kecil kepada kami. Ia membawa sebuah teko dari logam yang dikenal dengan nama 'dallah'. Tak lama ia menuangkan kopi yang berada di dalam teko itu hingga seperempat bagian atas cangkir bulat tanpa pegangan.
"Dalam budaya di masyarakat Emirat, kopi akan dituangkan lebih dulu kepada orang yang lebih tua hingga ke yang paling muda. Biasanya kopi juga tidak akan diisi secara penuh, yang memiliki arti agar tamu bisa lebih lama bertamu dan kembali mengisi cangkirnya. Sementara jika gelas diisi penuh, artinya tuan rumah tidak suka dengan tamu dan tidak ingin mereka berlama-lama," ujar pemandu di Sheikh Mohammed Centre for Cultural Understanding, Khawla.
Khawla menjelaskan, bahwa kopi, yang dalam bahasa lokal disebut dengan qahwa, telah sejak lama menjadi minuman selamat datang di Uni Emirate Arab. Minuman ini disajikan khusus saat menyambut tamu. Selama bertahun-tahun, kopi Gahwa telah menjadi simbol keramahtamahan, keramahan, dan kemurahan hati.
"Demi menghilangkan kecurigaan antarsuku yang saling mengunjungi, tuan rumah memastikan mereka tidak meracuni air yang disuguhkan kepada tamu dalam bentuk seduhan kopi," ujar Khawla.
Oleh sebab itu, kopi yang bisajikan dengan kurma, diminum bersamaan dengan tuan rumah. Ada satu sensasi menarik ketika menyesap kopi tersebut. Ada citarasa rempah yang belakangan diketahui berasal dari kapulaga dan kunyit yang diseduh bersamaan dengan kopi itu.
Saat mengunjungi Dubai Desert Conservation Reserve, kami juga dipertemukan dengan cara membuat kopi secara tradisional di Dubai. Razak, pemandu kami dari Platinum Heritage, menjelaskan beberapa tahapan dalam membuat kopi secara tradisional khas masyarakat Emirat.
Langkah pertama adalah memanggang biji kopi dengan menggunakan tawa, panci berbentuk bulat yang biasanya terbuat dari besi, dan mehmas, alat pemukul datar yang digunakan untuk mengaduk biji kopi. Mulanya biji kopi tampak hijau sebelum dipanggang, yang kemudian berubah menjadi gelap setelah dipanggang.
Seorang pria dengan busana Kandora kemudian memasukkan biji kopi ke dalam lesung dan, dengan alu, menumbuknya menjadi bubuk. Tak lama kemudian air matang dan bubuk kopi kemudian diseduh di dallah. Ia lantas menaburkan kapulaga dan kunyit bubuk, sehingga membuat kopi kaya akan rasa.
Meskipun rempah kopi tergantung daerahnya, kopi itujuga bisa dinikmati secara polos. Kurma sendiri disajikan untuk memberikan citarasa manis sekaligus penyeimbang dari rasa rempah yang kuat.