Merujuk pada uraian milik Adrianus Aba, kaum muda memang sudah diberi pelebelan oleh Negara ini menjadi bagian embrio penting dalam usaha memperjuangkan perubahan. Melalui perannya yang aktual membuat negara ini berpengharapan lebih atas tindak-tanduknya. Secara histori bahwa gerakan pemuda sejak tanggal 28 oktober 1928 melalui ikrarnya sampai saat ini harus diyakini bahwa Negara menaruh harapan lebih ke atas pundaknya
Perlu dicatat bahwa pemuda adalah episentrum pembangunan dan peradaban. Tanpa generasi muda, sebuah negera tidak akan mampu berdiri apalagi menjadi maju dan mandiri. Pemuda adalah entitas sosial yang memiliki kelebihan dari sisi elan vital, etos, kreativitas, energi dan visi.
Hal ini jarang dimiliki generasi tua yang mulai digerogoti oleh usia. Itulah alasan mengapa memberikan kesempatan kaum muda untuk memimpin adalah sesuatu yang tidak saja penting, melainkan sebuah keharusan itu sendiri.
Kaum Muda Kerap Diremehkan Gegara Transisi Budaya Politik
Penyebab utama kaum muda enggan masuk ranah politik adalah budaya transisi ini. Masih ada mentalitas dan mindset tentang politik adalah urusan kaum tua.
Hal ini membuat kebanyakan anak-anak muda merasa terlalu dini untuk terjun dalam politik. Selain itu, banyak diksi-diksi yang membuat kaum muda merasa jengah dan tak ingin berurusan dengan yang namanya politik.
Selain itu juga ada beberapa faktor yang membuat kaum muda merasa terlalu dini terjun ke politik. Pertama, minimnya atensi partai politik untuk menjaring atau memberi ruang bagi anak-anak muda untuk berpartisipasi. Kedua, mahalnya biaya politik yang membuat sebagian besar anak-anak muda yang belum mapan secara finansial terpaksa kalah bersaing dengan mereka yang memiliki basis kapital memadai.