Lain halnya dengan Maya Ratih yang lebih banyak menggunakan tenun NTT dengan motif kontemporer. Menurutnya, motif kontemporer bisa lebih mudah dikreasikan dan modern. Meski secara filosofis mungkin tidak terlalu mendalam, tapi paling tidak pesan untuk mempromosikan kain tenun bisa tercapai.
"Pemakaian tenun sangat tinggi dengan filosofi dan motif sakral, jadi kalau mau dipotong sayang karena motif NTT semua penuh arti. Kalau dalam makna tertentu memang disarankan tidak dipotong, bisa dijadikan sarung atau outer. Jadi pada kesemoatan tertentu kita bisa bikin motif kreatif baru, itu yang kita bawa jadi fashion masa kini," tutur Maya.
Maya Ratih memadukan kain tenun dengan bahan denim hingga brukat pada karyanya dalam run away JFW 2024. Dia mengusung tema Gorin untuk menunjukan sosok perempuan kokoh sebagai tiang panjang dalam rumah.
Selain membuat karyanya sendiri, Angelita Nur Hadi, Temma Prasetio, dan Maya Ratih juga menjadi mentor bagi tiga desainer lokal di NTT yang yang ikut memamerkan karya mereka di run show JFW 2024 tersebut.