Suara.com - Kain tenun dari Nusa Tenggara Timur (NTT) ikut dipamerkan dalam ajang pameran mode Jakarta Fashion Week (JFW) 2024. Berkolaborasi dengan Dewan Kerajinan Daerah (Dekranasda) NTT, tiga desainer nasional sampai 'blusukan' langsung ke salah satu desa di Flores demi mengenal motif dan makna tenun NTT.
Tiga desainer yang digandeng Dekranasda itu juga turut memperhatikan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat setempat sebagai inspirasi dalam pembuatan karya. Tiga desaimer itu antara lain, Angelita Nur Hadi dari brand Studio JEJE, Temma Prasetio pemilik brand Temma Prasetio, juga Maya Ratih dari Maya Ratih Indonesia.
Kolaborasi ketiga desainer itu diberi tajuk “Sa’o” yang berarti “rumah” dalam Bahasa Ende. Pengambilan tema itu terinspirasi dari perjalanan mereka ke Desa Walogai yang ada di Ende, Pulau Flores, NTT. Dari perjalanan tersebut terpancar cerminan penghuni rumah adat yang memikat dan tak jauh dari eratnya budaya dan alam.
"Di sana ada ibu-ibu lagi menenun, ada kehidupan keluarga seperti anak-anak main," cerita Angelita saat konferensi pers di Media Room JFW 2024 di Jakarta, Jumat (27/10/2023).
Baca Juga: Raffi Ahmad - Nagita Slavina Tampil di JFW 2024 Pakai Busana Jatuh dan Cinta, Kayak Apa Ya?
Aktivitas natural para masyarakat setempat itu kemudian menjadi inspirasi bagi Angelita sendiri dalam membuat karya dengan tema "Moeri" untuk ditampilkan saat JFW 2024. Moeri juga diambil dari bahasa Ende yang berarti kehidupan. Sebab, ketika berkunjung ke desa tersebut para desainer sering melihat masyarakat setempat selalu rukum berkumpul serta melaksanakan pesta adat dengan kompak.
Angelita pun mewujudkan inspirasinya itu dengan detail rona gelap khas Studio JEJE yang dipadukan dengan kain tenun berwarna cerah dari NTT. Kontras visual itu sengaja dibuat untuk mencerminkan keseimbangan dalam kehidupan, seperti keramaian dan sepi, gembira dan sedih,
misterius dan terbuka. Sedangkan untuk potongan dibuat siluet boxy feminine sesuai dengan ciri khasnya dan dipenuhi dengan garis potongan lengkung.
Inovasi juga ikut dilakukan Temma Prasetio. Meski brandnya khusus pakaian pria, Temma membuktikan kalau kain tenun NTT bisa dibuat jadi makin menarik dengan aneka gaya. Berbeda dengan show JFW tahun lalu, karya Temma sekarang ini lebih berwarna soft karena ingin menonjolkan motif tenun.
Temma mengatakan kalau tema karyanya sendiri diberi tajuk "Musalaki".
"Musalaki itu sosok pria atau ketua adat. Saya pikir dulu pemimpin itu identik dengan jas atau standar batik, kali ini banyak sosok luar entertain, politik, sport, seniman, mereka pemimpin dengan cara pakaiannya masing-masing," jelas Temma.
Baca Juga: Pertamina Sediakan Akses Air Bersih untuk Lebih dari 11 Ribu Kepala Keluarga
Karyanya kali ini kebanyakan berupa jaket oversize yang diberi aksen payet. Serta setelan kemeja dan celana pendek juga outer dengan obi sehingga memberkkan siluet pada bagian pinggang agar tampilannya lebih bervariatif.
Lain halnya dengan Maya Ratih yang lebih banyak menggunakan tenun NTT dengan motif kontemporer. Menurutnya, motif kontemporer bisa lebih mudah dikreasikan dan modern. Meski secara filosofis mungkin tidak terlalu mendalam, tapi paling tidak pesan untuk mempromosikan kain tenun bisa tercapai.
"Pemakaian tenun sangat tinggi dengan filosofi dan motif sakral, jadi kalau mau dipotong sayang karena motif NTT semua penuh arti. Kalau dalam makna tertentu memang disarankan tidak dipotong, bisa dijadikan sarung atau outer. Jadi pada kesemoatan tertentu kita bisa bikin motif kreatif baru, itu yang kita bawa jadi fashion masa kini," tutur Maya.
Maya Ratih memadukan kain tenun dengan bahan denim hingga brukat pada karyanya dalam run away JFW 2024. Dia mengusung tema Gorin untuk menunjukan sosok perempuan kokoh sebagai tiang panjang dalam rumah.
Selain membuat karyanya sendiri, Angelita Nur Hadi, Temma Prasetio, dan Maya Ratih juga menjadi mentor bagi tiga desainer lokal di NTT yang yang ikut memamerkan karya mereka di run show JFW 2024 tersebut.