Suara.com - Al Fahidi Historical Neighbourhood menjadin salah satu situs penting untuk mengenali masyarakat Dubai pada masa lampau. Di tempat ini ada sekitar kurang lebih 50 rumah dengan bentuk nyaris serupa, berbentuk persegi, dan saling berdekatan satu dengan lainnya.
Di sekitar tahun 1890-an sebagian besar area di dubai masih berupa gurun, dengan pemukiman kecil di sepanjang garis pantai untuk memancing dan menyelam mutiara serta sungai untuk berdagang.
Salah satu yang menarik dari bagunan di Al Fahidi Historical Neighbourhood karena rumah-rumah tertua di Dubai itu dibangun dari karang dan plester lumpur. Hal itu diungkapkan oleh pemandu lokal Dubai Mohamed Aly, yang mengajak suara.com berkeliling.
Paduan kerang dan plester lumpur itu terlihat dari bagunan yang berwarna cokelat muda dengan dinding bertekstur dan berongga yang terbuat dari kerang.
Bagian lain dari bagunan di kompleks Al Fahidi Historical Neighbourhood yang juga menarik perhatian ialah sebuah menara empat sisi yang menjulang tingi dan mirip cerobong asap. Bagunan ini dikenal dengan nama Barjeel Tower, yang jadi teknologi masyarakat Dubai pada masa lalu untuk pendingin ruangan.
Struktur vertikal tersebut merupakan penangkap angin, atau menara angin, yang diperkirakan berasal dari Mesir kuno dan Persia. Lukisan yang menggambarkan bangunan serupa di atas kediaman Firaun Nebamun yang ditemukan di dekat Luxor, Mesir, yang kurang lebih berasal dari tahun 1300 SM,
Perdagangan mutiara yang berkembang pesat membuat para pedagang dan pengrajin dari negara tetangga datang ke Dubai dan Abu Dhabi. Beberapa pengrajin ini membawa serta pengetahuan konstruksi tentang cara mengatasi panas gurun.
Para pedagang kaya kemudian mengadopsi unsur-unsur tersebut untuk rumah mereka sendiri.
"Menara angin ini bisa menurunkan kurang lebih 10 derajat Celcius," demikian menurut Mohamed.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Hotel di Dubai, Cocok untuk Warga Indonesia
Argumen Mohamed juga didukung oleh sejumlah penelitian yang menemukan bahwa menara angin dapat menurunkan suhu interior rumah sekitar 10 derajat Celcius (sekitar 50 derajat Fahrenheit) dibandingkan dengan panas terik di luar. Lambat laun, menara-menara ini menjadi fitur permanen di hampir semua rumah di distrik lama.
Menara angin ini beroperasi dengan konsep perbedaan tekanan udara. Bangiunan ini memiliki bukaan yang dipartisi di keempat sisinya, atap, dan poros angin untuk memungkinkan udara panas dari interior keluar dari ventilasi sambil menangkap udara dingin dan mengarahkannya melalui saluran. di interior. Partisi kain basah dipasang pada tiang bambu di sekeliling bukaan untuk mendinginkan udara yang masuk.
Menara angin paling awal di Dubai terbuat dari daun palem. Namun bahan tersebut rentan terhadap kebakaran, sehingga mendorong penduduk setempat untuk mencari bahan yang lebih tahan seperti batu laut dan karang yang banyak tersedia.
Selain menjadi elemen arsitektur yang menarik, menara angin juga berfungsi sebagai sistem ventilasi yang sangat baik dan berkelanjutan dan hemat energi. Sebagian besar rumah dengan menara angin ditemukan di kawasan tua Dubai.