Suara.com - Pemerintah Indonesia berkomitmen melakukan pengurangan sampah laut sebesar 70 persen pada tahun 2025. Komitmen tersebut dituangkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 83 Tahun 2018.
Untuk mewujudkan hal ini, pemerintah juga membentuk Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN-PSL) yang melibatkan 16 kementrian dan lembaga. Adapun capaian pengurangan sampah laut hingga Oktober 2023 hanya mencapai 35 persen atau setengah dari target yang ditetapkan.
Menanggapi capaian tersebut, Pollution and Just Urban Campaigner Walhi Nasional, Abdul Ghofar mengatakan, minimnya capaian ini berkaitan dengan masih rendahnya komitmen dan implementasi kebijakan pemerintah dan minimnya kontribusi dari korporasi. Perlu ada evaluasi atas kurang maksimalnya kinerja TKN PSL dalam mengatasi persoalan penanganan sampah laut.
Apresiasi Kontribusi Nyata Masyarakat
Di tengah keprihatinan pada banyaknya sampah laut di Indonesia, Ghofur menyatakan, masyarakat saat ini menjadi aktor penting, walau tidak memegang peranan signifikan dalam usaha pengurangan sampah laut.
Baca Juga: Hadapi Kemarau Panjang, Kowarteg Ajarkan Warga Jakbar Pola Hidup Sehat
"Peran serta masyarakat dalam mengatasi persoalan polusi sampah ke ekosistem perairan seperti sungai, pesisir dan laut sudah dilakukan cukup lama. Kegiatan seperti bersih pantai (beach clean up) hingga bersih sungai (river clean up) yang dilakukan oleh masyarakat sangat perlu diapresiasi. Hal ini menjadi bagian dari kontribusi nyata masyarakat yang telah memiliki kesadaran kritis atas berbagai persoalan lingkungan," katanya kepada Suara.com, di Jakarta, Sabtu (14/10/2023).
Ghofur menyebut, dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN-PSL), peningkatan kesadaran publik menjadi salah satu dari lima pilar strategis. Strategi ini harusnya menyasar kelompok muda yang memiliki ketertarikan pada isu sosial dan lingkungan hidup.
"Kurikulum pendidikan usia dini, sekolah dasar, hingga sekolah menengah harus menginternalisasi nilai-nilai perlindungan lingkungan hidup, sehingga hal tersebut mampu mendorong perubahan perilaku dan memantik lebih banyak aksi nyata dari kelompok muda," sarannya, ketika ditanya, apa yang bisa membuat generasi muda Indonesia tergerak lebih massif untuk mau terlibat dalam penanganan sampah di laut.
"Generasi muda perlu diperkenalkan dengan situasi nyata lingkungan kita yang mengalami pencemaran lingkungan, seperti polusi sampah. Melalui pengenalan fakta-fakta, mereka akan tergerak untuk melakukan aksi nyata seperti kegiatan bersih pantai, riset, hingga inovasi teknologi," tambahnya.
Gajahlah Kebersihan Kumpulkan 100 kg Sampah per Bulan
Kesadaran masyarakat pada upaya menjaga kebersihan kawasan laut dan pantai telah mengundang banyak generasi muda yang “turun tangan”. Salah satu komunitas yang konsisten melakukan bersih-bersih pantai dari sampah plastik ada di Lampung.
Baca Juga: Kepedulian Bumantara Team Bersih-bersih Sampah dan Selokan Dapat Apresiasi
Komunitas ini bernama Gajahlah Kebersihan, yang didirikan pada tahun 2017. Komunitas ini diinisiasi oleh 4 pendiri (co-founders), yaitu Putri Winda Sari, Dicky Alfandy, Edy Fajar dan Mutia.
“Tapi saat ini, Gajahlah Kebersihan bukan komunitas lagi, melainkan sudah berbentuk organisasi berbadan hukum, yaitu Yayasan Inovasi Sosial Berkelanjutan, dengan nama beken yang sama ,” ujar Putri kepada Suara.com, Minggu (22/10/2023).
Putri menyebut, misi Gajahlah Kebersihan adalah mengumpulkan sampah plastik di pantai dan laut, serta memberikan edukasi terkait marine debris kepada masyarakat yang tinggal di daerah pesisir,
“Biasanya kegiatan ini kami lakukan sebulan 1-2 kali, tergantung kondisi pantai yang kami kunjungi, yang melibatkan sekitar 30-50 orang pemuda,” tambah Putri.
Jumlah sampah yang dikumpulkan tak tanggung-tanggung, beratnya mencapai 100 kilogram. Kegiatan ini biasanya dilakukan di sekitar Pulau Pasaran, Teluk Betung Timur dan Pantai Ancol Gen.
Sampah-sampah tersebut kemudian dibawa ke Rumah Inovasi Daur Ulang (Rindu), yang dimiliki oleh Gajahlah Kebersihan.
“Rumah Inovasi Daur Ulang terletak di Teluk Betung Timur, jadi dekat dengan pantai yang biasanya kami bersihkan. Rindu merupakan inisiasi pengelolaan sampah di Lampung, yang dididirikan oleh Gajahlah Kebersihan,” tambah Putri.
Saat ini, pengurus Yayasan Inovasi Sosial Berkelanjutan kurang lebih ada 10 orang dengan 6 tim intern, 1 driver Rindu, dan 2 pendaur eco roster. Adapun lokasi kegiatan masih fokus di sekitar Kota Lampung.
Untuk memotivasi anak muda, agar kegiatan ini tak terputus di waktu-waktu mendatang, Gajahlah Kebersihan mempunyai kegiatan roadshow ke sekolah-sekolah dan universitas. Kegiatan ini bertujuan untuk untuk mengajak pemuda pemudi di Lampung, khususnya untuk bisa terlibat langsung dalam aksi nyata mengurangi sampah laut.
Putri berharap, wilayah-wilayah lain di Indonesia juga memiliki visi yang sama. Apa yang dilakukan Gajahlah Kebersihan juga dilakukan para generasi di kota-kota lainnya, agar Indonesia segera bebas dari sampah plastik.