Suara.com - Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ogah mendukung Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, sebagai cawapres Prabowo Subianto. Sikap Ahok ini tentu menjadi sorotan mengingat sosoknya juga dikenal sebagai sahabat ayah Gibran, Presiden Jokowi.
Dalam pernyataannya, mantan Gubernur DKI Jakarta ini malah menegaskan akan mendukung pasangan capres-cawapres Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Menurutnya, sosok Gibran belum teruji untuk maju sebagai cawapres di Pilpres 2024.
Ahok menjelaskan, Gibran masih belum memiliki pengalaman soal ketatanegaraan. Padahal untuk mengurus negara sebesar Indonesia, lanjutnya, Gibran setidaknya harus memiliki pengalaman di legislatif tingkat nasional maupun eksekutif tingkat provinsi.
Lantas, seperti apa biodata dan profil Ahok yang ogah dukung Gibran maju sebagai cawapres?
Baca Juga: Manuver Politik Gibran: Jadi Jurkam PDIP, Tapi Diusung Golkar Cawapres Prabowo
Profil Ahok
Ahok adalah anak pertama dari pasangan Indra tjahaja Purnama (Tjoeng Kiem Nam) dan Buniarti Ningsih (Boen Nen Tjauw). Pria kelahiran Belitung Timur, 29 Juni 1966, ini merupakan anak pertama dan memiliki 4 adik.
Keempat adik Ahok adalah Basuri Tjahaja Purnama, Fifi Lety Indra, Harry Basuki, dan Basu Panca Fransetio. Namun adik terakhir Ahok, Basu Panca, meninggal saat usia remaja.
Ahok kemudian menghabiskan masa kecilnya di Desa Gantung sampai dengan lulus SMP. Ia lalu berpindah ke Jakarta dan melanjutkan pendidikannya di SMA III PSKD Jakarta.
Usai lulus, Ahok mengambil jurusan Teknik Geologi di Universitas Trisakti. Ia berhasil meraih gelar sarjana pada tahun 1989.
Baca Juga: Bibit Bebet Bobot Dinasti Politik Keluarga Jokowi
Setelah mendapatkan gelar insinyur, Ahok kembali ke kampung halamannya. Di sana ia mendirikan CV Panda yang beroperasi di bidang kontraktor pertambangan.
Dua tahun kemudian, Ahok kembali menempuh pendidikan untuk meraih gelar Magister Manajemen di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya. Ia berhasil meraih gelar S2 pada tahun 1992.
Ahok kemudian menduduki jabatan staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan proyek di PT Simaxindo Primadaya. Selanjutnya, ia mendirikan PT Nurindra Ekapersada. Hal itu menjadi langkah awal dari Gravel Pack Sand (GPS).
Ahok mendirikan pabrik yang mengolah pasir kuarsa pertama di Kota Belitung di Dusun Burung Mandi, Desa Mengkubang, Kecamatan Manggar, Belitung Timur. Pengelolaannya ditunjang dengan menggunakan teknologi asal Amerika Serikat dan Jerman.
Pada saat yang sama, ia juga meningkatkan kawasan industri dan pelabuhan samudra yang saat ini dikenal dengan sebutan Kawasan Industri Air Kelik (KIAK).
Pada tahun 2004, Ahok mengadakan kerja sama dengan investor Korea untuk membentuk Tin Smelter atau peleburan bijih timah di KIAK.
Masih pada tahun, Ahok kemudian memutuskan terjun ke dunia politik dengan bergabung Partai Perhimpunan Indonesia Baru (Partai PIB). Ia menduduki kursi sebagai ketua DPC partai PIB Kabupaten Belitung Timur.
Pada Pemilu 2004, Ahok memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai legislatif. Ia dan terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur (2004-2009).Setahun berselang ia terpilih sebagai Bupati Belitung Timur.
Namu, pada tahun 2006, Ahok mengundurkan diri dari posisinya. Ahok kemudian mendaftarkan diri sebagai Gubernur Bangka Belitung, tetapi kalah dengan Eko Maulana Ali.
Pada tahun yang sama, Ahok mendapatkan penghargaan sebagai Tokoh Anti Korupsi. Ia kemudian menuliskan buku biografi yang berjudul “Mengubah Indonesia” pada 2008.
Langkah politiknya semakin moncer usai maju sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta bersama Jokowi pada Pilkada 2012. Ia bahkan menjadi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Jokowi yang maju Pilpres pada 2014.
Kini Ahok masih bergabung dengan PDI Perjuangan, tetapi tidak lagi menjabat sebagai kepala daerah. Sebaliknya ia ditunjuk sebagai Komisaris Utama Pertamina.
Kontributor : Syifa Khoerunnisa