Suara.com - Kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang yang menyimpan misteri selama dua tahun akhirnya terungkap. Pembunuhan itu merenggut nyawa Tuti Rahayu (55) dan anaknya, Amalia Mustika Ratu (23).
Pembunuhan yang terjadi pada 2021 lalu itu kembali menyita perhatian setelah Danu, terduga pelaku tiba-tiba menyerahkan diri ke Polda Jawa Barat pada Selasa (17/10/2023).
Pengakuan Danu membuat sejumlah orang yang diduga terlibat ikut ditetapkan menjadi tersangka, termasuk suami Tuti.
Dokter forensik yang bertugas untuk autopsi jenazah ibu dan anak itu ternyata pernah memberikan clue atau petunjuk kepada polisi. Sayangnya, polisi tidak langsung bertindak saat itu.
Baca Juga: Kini Ketahuan Jadi Pelaku, Yosef Hidayat Pernah Berdoa Agar Pembunuh Istri dan Anaknya Terungkap
Ahli Forensik Polri dr Sumy Hastry Purwanti sempat mengungkap terkait misteri pembunuhan ibu dan anak di Subang dalam perbincangannya di kanal YouTube Deddy Corbuzer pada Rabu (10/5/2023) lalu.
Kombes Sumy Hastry mengatakan ia sempat diserang warganet karena pelaku pembunuhan tidak kunjung tertangkap.
"Kasus Subang, saya dikejar tuh netizen karena kasus Subang, yang 18 Agustus tahun 2021 tuh," ujar dokter Hastry.
Ia mengaku sudah autopsi sebanyak dua kali dan memberikan sejumlah clue, tetapi pelaku tidak kunjung ditemukan.
Menurutnya, ia sudah menyajikan data dan alat bukti. Namun, polisi tidak segera menindak bukti yang sudah ia serahkan.
Baca Juga: Baru Ketahuan Jadi Pelaku Pembunuhan Istri dan Anak, Ingat Lagi Akting Yosef Saat Berdoa di Makam
"Tapi saya gemes, padahal menurut saya itu bisa (terungkap). Kan nonton CSI toh, kita main DNA, saya ngomongin di sini aja yah, biar didengar," tegasnya.
Menurut dokter Hastry kala itu DNA di TKP telah diambil namun tidak ada yang cocok. Kemudian dia menyarankan agar ambil DNA saksi, namun tak cocok lagi.
"Kita tariklah dari garis keturunan ibu, iya kan itu siapa tahu ada yang cocok gak? ternyata belum dikerjakan," tutur dokter yang pernah menangai kasus Freddy Budiman itu.
Dokter Hastry juga turut menganalisa jam kematian korban. Dengan jam kematian itu, maka bisa diambil terduga pelaku yang paling memungkinkan.
"Bu Tuti dibunuh jam 2 sampai jam 4, Amel jam 4 sampai jam 6. Saya bermain dong di jam segitu, handphone siapa yang online, ambillah DNA nya, kita di TKP tuh udah ada 2 DNA yang kita ambil diduga pelaku (yang asing)," paparnya.
Dokter Hastry sendiri merasa sangat tersiksa karena pelakunya tidak kunjung terungkap, terlebih ia didatangi korban di mimpinya.
"Saya tersiksa untuk Subang itu, wong datang ke mimpiku," pungkasnya.