Infografis
Suara.com - Pasangan Anies Baswedan dan Cak Imin melakukan konvoi dari NasDem Tower menuju Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mendaftarkan diri sebagai capres-cawapres pada Pilpres 2014 mendatang. Anies Baswedan dan Cak Imin lakukan konvoi dengan naik mobil jeep putih yang disopiri langsung oleh Ahmad Sahroni.
Dalam video yang dibagikan akun Instagram Ahmad Sahroni, memperlihatkan dirinya yang tengah berada duduk di kursi pengemudinya. Sementara itu, Anies Baswedan dan Cak Imin tampak berdiri di belakang dengan memakai kemeja putih dan peci hitam.
"Hari ini puncak pencapaian gua sebagai supir, mengantarkan Presiden @aniesbaswedan dan Wakil Presiden RI @cakiminow 2024 - 2029. Semoga Jaya Raya Indonesia Amin," tulis
Pada video singkat yang dibagikannya, terlihat Ahmad Sahroni berbicara dengan Anies Baswedan dan Cak Imin. Ketiganya juga tampak tertawa sebelum lakukan konvoi menuju KPU. Sosok Ahmad Sahroni ini lantas menjadi sorotan.
Pasalnya, ia dikenal sebagai Crazy Rich Priok. Hal ini karena Ahmad Sahroni diketahui memiliki harta kekayaan hingga barang-barang mewah. Lantas sebenarnya siapa sosok Ahmad Sahroni itu? Berikut profil mengenai sosok Ahmad Sahroni.
Profil Ahmad Sahroni
Ahmad Sahroni sendiri lahir pada 8 Agustus 1977. Ia merupakan seorang pengusaha dan politisi Indonesia dari Partai Nasional Demokrat (NasDem). Saat ini Ahmad Sahroni diketahui menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI periode 2019–2024.
Sebelum terjun ke dunia politik, Ahmad Sahroni pernah menjadi staf operasional di perusahaan yang bergerak di bidang pengisian bahan bakar minyak. Sementara itu, kariernya di dunia politik bermula pada 2013 saat bergabung dengan NasDem.
Ahmad Sahroni juga terpilih sebagai anggota DPR RI dari daerah pemilihan DKI Jakarta III pada pemilihan umum legislatif 2014. Pada 2016, ia dipindahkan ke Komisi III yang menangani masalah hukum dan HAM. Sementara pada 2019, ia dipercaya menjabat Wakil Ketua Komisi III DPR RI.
Kariernya di politik juga cukup dilirik. Apalagi pada 2021, Ahmad Sahroni menjadi sosok yang menyuarakan revisi UU Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika karena 50 persen penghuni lapas berasal dari narapidana kasus narkotika.
