Memanasnya, hubungan Sumitro dan Soeharto pun berkembang menjadi urusan antar keluarga. Bahkan, pada hari lengsernya Soeharto, 21 Mei 1998, Keluarga Cendana marah dan menuding Prabowo terlibat untuk menjatuhkan kepemimpinan Soeharto dengan membiarkan mahasiswa menduduki gedung MPR/DPR.
Saat itu, Prabowo menjabat sebagai Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad) yang mana perannya sangat penting dalam mengantisipasi kericuhan massa.
Dalam buku tersebut dituliskan, kedua saudara perempuan Titiek, yakni Siti Hardiyanti Hastuti (Tutut) dan Mamiek (Siti Hutami Endang Adiningsih) mempertanyakan keberadaan Prabowo pada saat hari lengsernya Soeharto.
Keluarga Cendana juga mempermasalahkan mengapa Prabowo membiarkan para mahasiswa menguasai gedung MPR/DPR. Pertanyaan tersebut kemudian dijawab oleh Prabowo dengan pertanyaan, jika ada dirinya disana apakah dirinya harus menembaki para mahasiswa.
Pasca kerusuhan ini, Prabowo lebih memilih untuk mengasingkan diri ke Yordania dikarenakan tekanan dari kaum elite politik.
Bersamaan dengan gejolak politik yang terjadi, Prabowo dan Titiek juga resmi bercerai. Perpisahan mereka bukan karena tidak lagi saling mencintai, namun keadaan yang memaksa mereka untuk berpisah.
Kendati demikian, hingga saat ini belum diketahui secara pasti apa penyebab Prabowo dan Titiek Soeharto bercerai meski telah 15 tahun menikah.
Kontributor : Rishna Maulina Pratama
Baca Juga: Diisukan Jadi Bacawapres Prabowo, Erick Thohir masih Dampingi Jokowi di Luar Negeri