Suara.com - Kisah percintaan Prabowo dan Titiek Soeharto memang cukup menarik untuk dibahas. Pasalnya, meski sudah lama bercerai, keduanya masih tetap saling berhubungan baik hingga saat ini. Lalu apakah penyebab Prabowo dan Titiek Soeharto bercerai?
Titiek Soeharto pun telah bergabung dengan Partai Gerindra yang diketuai oleh mantan suaminya. Tak hanya itu, mereka juga seolah ingin menunjukkan rasa cinta yang masih melekat di hati.
Pasalnya baik Prabowo ataupun Titiek Soeharto tidak saling menikah lagi usai 25 tahun bercerai. Sehingga penyebab Prabowo dan Titiek Soeharto bercerai pun dikaitkan dengan alasan politik.
Penyebab Prabowo dan Titiek Bercerai
Baca Juga: Diisukan Jadi Bacawapres Prabowo, Erick Thohir masih Dampingi Jokowi di Luar Negeri
Prabowo Subianto dan Titiek Soeharto resmi bercerai pada tahun 1998. Perceraian itu terjadi setelah 15 tahun mereka hidup bersama.
Meskipun sudah bercerai, Prabowo dan Titiek tetap berkomitmen untuk membesarkan dan mendampingi putra semata wayangnya, Didit Prabowo.
Melansir dari berbagai sumber, dalam buku biografi ayah Prabowo, Sumitro Djojohadikusumo dengan judul Jejak Perlawanan Begawan Pejuang-Sumitro Djojohadikusumo sempat membahas kisah perceraian Prabowo dan Titiek.
Pada tahun 1995, hubungan antara keluarga Sumitro dan Soeharto terbilang merenggang. Sumitro, ayah Prabowo yang bersikap terbuka kerap kali mengkritik kebijakan yang dibuat pada saat kepemimpinan Soeharto.
Tidak hanya itu, Sumitro juga pernah menerima lawan politik Soeharto, yakni H.R. Darsono.
Baca Juga: Menanti Jumat Malam Di Kertanegara, Prabowo Segera Umumkan Cawapres Sepulang Zulhas Dari China
Salah satu kritik Sumitro yang membuat Soeharto marah yaitu terkait sinyal kebocoran 30 persen dari dana pembangunan. Padahal saat itu diketahui tiga tahun terakhir sebelum akhirnya Soeharto jatuh dan masa ini terbilang kritis.
Memanasnya, hubungan Sumitro dan Soeharto pun berkembang menjadi urusan antar keluarga. Bahkan, pada hari lengsernya Soeharto, 21 Mei 1998, Keluarga Cendana marah dan menuding Prabowo terlibat untuk menjatuhkan kepemimpinan Soeharto dengan membiarkan mahasiswa menduduki gedung MPR/DPR.
Saat itu, Prabowo menjabat sebagai Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad) yang mana perannya sangat penting dalam mengantisipasi kericuhan massa.
Dalam buku tersebut dituliskan, kedua saudara perempuan Titiek, yakni Siti Hardiyanti Hastuti (Tutut) dan Mamiek (Siti Hutami Endang Adiningsih) mempertanyakan keberadaan Prabowo pada saat hari lengsernya Soeharto.
Keluarga Cendana juga mempermasalahkan mengapa Prabowo membiarkan para mahasiswa menguasai gedung MPR/DPR. Pertanyaan tersebut kemudian dijawab oleh Prabowo dengan pertanyaan, jika ada dirinya disana apakah dirinya harus menembaki para mahasiswa.
Pasca kerusuhan ini, Prabowo lebih memilih untuk mengasingkan diri ke Yordania dikarenakan tekanan dari kaum elite politik.
Bersamaan dengan gejolak politik yang terjadi, Prabowo dan Titiek juga resmi bercerai. Perpisahan mereka bukan karena tidak lagi saling mencintai, namun keadaan yang memaksa mereka untuk berpisah.
Kendati demikian, hingga saat ini belum diketahui secara pasti apa penyebab Prabowo dan Titiek Soeharto bercerai meski telah 15 tahun menikah.
Kontributor : Rishna Maulina Pratama