Suara.com - Kasus penyiksaan terhadap anak di bawah umur terjadi di Malang, Jawa Timur. Kali ini, bocah berinisial DN (7) menjadi korban penyiksaan yang dilakukan oleh anggota keluarganya sendiri.
Polisi menetapkan 5 orang tersangka yang merupakan anggota keluarga dari DN. Bocah yang baru berusia 7 tahun ini sering disiksa oleh keluarganya lantaran disebut sering rewel dan membuat anggota keluarganya tersulut emosi.
Kasus ini terungkap saat warga sekitar rumah korban yang berada di Kecamatan Kedungkandang, Malang mendengar teriakan DN saat disiksa dan disekap oleh sang ayah, JA (37) pada Senin (09/10/2023) lalu.
Warga yang mendengar teriakan dari dalam rumah langsung menggerebek rumah korban DN. Saat warga mencoba mendobrak rumah DN, mereka mendapati kondisi DN dalam keadaan mengenaskan dengan luka-luka di sekujur tubuh, termasuk wajahnya.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Beri Bocoran Mengenai Cawapres: Sebentar Lagi Pengumuman
Hal ini pun membuat warga akhirnya mencoba menyelamatkan DN dari rumahnya meskipun sempat mendapat perlawanan dari keluarganya. Akibat penyiksaan ini, warga sekitar pun melaporkan keluarga DN yang terdiri dari 5 orang yaitu ayah kandungnya JA (37), ibu tiri korban (42), paman kandung korban S (43), nenek tiri korban M (65), dan kakak tiri korban P (21) ke pejabat lingkungan setempat.
Kini, kasus penyiksaan anak ini pun ditangani oleh Polresta Malang dan para tersangka pun kini sudah diamankan.
Dari pengakuan warga, anggota keluarga DN sendiri memang sering meresahkan warga sekitar. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi di keluarga ini? Simak inilah 5 fakta keluarga DN selengkapnya.
1. Ayah DN kerap meresahkan warga
Kasus penyiksaan ini pun dibenarkan oleh Ketua RW setempat, Junaedi. Menurut penuturan Junaedi, ayah DN, JA memang dikenal sebagai pribadi yang tengil dan kerap meresahkan warga sekitar.
"Dari informasi warga, korban pernah mau digantung sama ayahnya (JA) karena sudah terlewat emosi. Tapi sempat diselamatkan sama pamannya, dibawa keluar untuk meredakan emosi ayahnya. Tapi setelah itu korban dipulangkan lagi ke rumah," ungkap Junaedi.
Tak hanya itu, JA pun diketahui sering mabuk-mabukan hingga membuatnya sering mengamuk. JA pun sering menyalakan sound system di jam istirahat warga dengan volume besar dan kerap ditegur warga, namun JA sering melawan karena merasa tak mengganggu siapapun.
2. Hampir diusir warga
Kelakuan keluarga ini pun juga sering membuat warga sekitar kesal. Salah satu warga sekitar berinisial M pun mengungkap kelakuan tetangganya tersebut.
"Pernah dulu mau kami usir (dari lingkup tetangga) karena pelihara anjing, padahal rumahnya dekat masjid. Ujungnya tidak jadi kami usir karena anjingnya entah dijual atau diapakan sama dia," ungkap M.
M pun membenarkan sikap keluarga DN yang sering membuat warga ikut tersulut emosi karena kerap mengganggu kenyamanan.
3. Kerap siksa DN
Kecurigaan warga sekitar soal perlakuan keluarga korban pun mulai terungkap saat DN sering berada di luar rumah dan bertemu dengan tetangga sekitarnya. Kondisi DN yang semakin hari semakin memperhatinkan dengan tubuh yang kurus dan banyak luka di sekujur tubuhnya.
DN pun mengaku sering kelaparan. Warga pun mencoba memberikan makanan kepada DN dan membujuk DN untuk menceritakan soal apa yang terjadi dengan dirinya. DN pun bercerita dengan warga bahwa dirinya kerap disiksa oleh anggota keluarganya secara keji.
4. Penyiksaan telah dilakukan selama 6 bulan
Hal yang mengejutkan warga sekitar adalah pengakuan DN yang mengaku sudah disiksa oleh keluarganya sejak 6 bulan terakhir. Penyiksaan ini tak hanya dilakukan oleh ayah korban JA, namun juga dilakukan oleh anggota keluarga lainnya, yaitu ibu tiri, kakak tiri, nenek tiri, bahkan paman kandung korban.
Korban pun mengaku pernah disiksa dengan cara disiram air mendidih oleh sang ayah lantaran dianggap bandel dan mengambil makanan tanpa izin keluarga lain.
5. Korban ditangani Dinsos
Parahnya, DN mengaku sering disekap di ruangan kecil berukuran 1,5 x 1,5 m di rumahnya oleh para anggota keluarga. Tak hanya disekap, bocah ini pun kerap disiksa dengan tangan kosong ataupun dengan barang di rumahnya.
Ia pun disiksa terus-terusan oleh sang ayah, paman, dan ibu tirinya dengan tangan kosong. Sementara itu, kakak tiri dan nenek tiri korban tega menyiksanya dengan cutter dan barang lain di rumahnya hingga membuat DN mengalami banyak luka-luka.
Saat ini, DN dilarikan ke RSSA Malang untuk mendapatkan perawatan intensif oleh Dinsos-P3AP2KB Kota Malang. Kondisi tubuh DN yang lemah dan trauma yang dialaminya membuat DN harus ditangani oleh para ahli medis.
Kontributor : Dea Nabila