Suara.com - Belakangan ini media sosial sedang digemparkan dengan banyaknya kabar bunuh diri dari para mahasiswa. Salah satu kasus yang paling disoroti adalah kejadian seorang mahasiswa Universitas Negeri Semarang yang mengakhiri hidupnya dengan melompat dari lantai 4 di sebuah mall yang ada di Semarang.
Kabar itu tentu merebak di hampir semua platform media sosial. Alih-alih mendapat respon turut berduka cita, malah banyak warganet yang mendukung secara terang-terangan memiliki rencana untuk melakukan hal yang sama.
Tentu saja hal ini sangat berbahaya, karena mereka sudah berada dalam kondisi yang dinamakan Suicidal Thought.
Apa itu Suicidal Thought?
Baca Juga: Ibu Muda Ingin Akhiri Hidup Melompat di Jembatan Ampera Palembang Karena Suami Selingkuh
Dilansir dari laman ruangmom, Suicidal Thought adalah adanya keinginan, pikiran, sampai perencanaan untuk mengakhiri hidup dengan melakukan tindakan berisiko yang dilakukan oleh dii sendiri atas keinginannya sendiri.
Misalnya, dalam komentar pada unggahan video TikTok @susukucing_. Banyak komentar yang seolah mengapresiasi tindakan seorang Mahasiswi Semarang yang mengakhiri hidupnya dengan melompat dari lantai 4 dan mereka pun ingin bisa seberani dia untuk melakukan hal tersebut.
"Nada, makasih ya udah berusaha kuat walaupun akhirnya kamu nyerah. Aku harup aku bisa seberani kamu nanti," komentar seorang warganet.
"Padahal kalau dikasih info siap menemani Mba Nada," ujar warganet lain.
Active Suicidal Thought
Baca Juga: 5 Rekomendasi Brand Skincare Murah dan Aman, Cocok untuk Mahasiswa!
Komentar-komentar seperti di atas merupakan contoh dari Active Suicidal Thought. Pikiran untuk bunuh diri yang aktif berbeda dengan yang pasif karena orang tersebut tidak lagi memiliki motivasi untuk hidup, tetapi mereka juga memiliki rencana untuk mengakhiri hidupnya.
Bagaimana Perlakuan Untuk Orang yang Active Suicidal Thought?
Mereka yang sudah memasuki tahap pada pikiran aktif ingin mengakhiri hidup. Harus segera ditangani oleh tenaga yang profesional. Selain itu, tenaga profesional juga harus memastikan memiliki lingkungan dan dukungan yang perlu untuk memepertahankan keselamatanya.
Dalam perawatan intensif orang tersebut akan dievaluasi oleh psikiater, mengikuti terapi individu, berpartisipasi dalam terapi kelompok, diajari keterampilan mengatasi masalah, diberikan alat untuk mengubah lingkungan dan rencana keselamatan, dan mungkin diberikan obat untuk membantu menstabilkan suasana hati mereka.
Catatan Redaksi: Hidup seringkali sangat sulit dan membuat stres, tetapi kematian tidak pernah menjadi jawabannya. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit dan berkecederungan bunuh diri, sila hubungi dokter kesehatan jiwa di Puskesmas atau Rumah sakit terdekat.
Anda juga bisa menghubungi LSM Jangan Bunuh Diri melalui email [email protected] dan telepon di 021 9696 9293. Ada pula nomor hotline Halo Kemkes di 1500-567 yang bisa dihubungi untuk mendapatkan informasi di bidang kesehatan 24 jam.