Mengenal Sosok Muhammad Al Fatih yang Disebut-sebut Ketua MK, Benarkah Diangkat Panglima oleh Rasul?

Farah Nabilla Suara.Com
Jum'at, 13 Oktober 2023 | 13:09 WIB
Mengenal Sosok Muhammad Al Fatih yang Disebut-sebut Ketua MK, Benarkah Diangkat Panglima oleh Rasul?
Muhammad Al Fatih. [Google Images]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Mahkamah Konsitusi (MK) Anwar Usman menyinggung soal batasan usia capres-cawapres. Dalam hal ini, ia turut memberi contoh Muhammad Al Fatih yang disebutnya diangkat menjadi pemimpin perang oleh Rasulullah saat usianya masih muda, yakni 16 tahun.

Hal tersebut disampaikan Anwar saat mengisi kuliah umum di salah satu kampus di Semarang pada 9 September 2023 lalu. Menurutnya, tak ada masalah jika sosok muda menjadi pemimpin seperti halnya Muhammad Al Fatih yang berhasil menaklukkan Konstantinopel.

"Saya sudah kasih contoh tadi, bagaimana Nabi Muhammad mengangkat seorang panglima perang umur 16 tahun. Muhammad Al Fatih yang melawan kekuasaan bizantium. Menjadikan, mendobrak Kontsantinopel sekarang menjadi Istanbul," kata Anwar, melansir video yang diunggah akun X, @NarasiNewsroom, Jumat (13/10/2023).

Siapa Muhammad Al Fatih?

Baca Juga: Dandani Baby L, Rizky Billar Kena Sentil: Anak Jangan Dibiasakan Pakai Barang Mewah

Muhammad Al Fatih lahir dengan nama Muhammad II (dalam Bahasa Turki: Mehmed) di ibu kota Utsmaniah, pada 29 Maret 1432 M. Ia adalah anak dari pasangan Sultan Murad II dan Huma Hatun. Ia juga diketahui merupakan keturunan Arab Dinasti Turki Utsmani.

Sejak kecil, Muhammad Al Fatih mendapatkan pendidikan yang baik dari orang tuanya. Sang ayah sangat memperhatikan anaknya, agar suatu kelak menjadi seorang pemimpin yang tangguh. Murad II pernah menunjuk Syekh Ahmad ibn Ismail al Kurani.

Ia adalah seorang ulama yang begitu paham dengan Al Qur'an. Tak heran jika  sejak kecil Muhammad Al Fatih sudah mampu menghapal seluruh juz yang ada di dalamnya, serta mempelajari hadits-hadits, ilmu fiqih, matematika, ilmu falaq, hingga strategi perang.

Al Fatih sendiri memang telah disiapkan sejak dini untuk menjadi pemimpin. Namun, ia tetap dalam bimbingan para ulama sehingga pemikirannya selalu berada di jalan yang benar. Adapun di usia muda, ia berhasil memenangkan perang menaklukkan Konstantinopel.

Kemenangan itu sekaligus menjadi penanda bahwa abad pertengahan sudah berakhir. Muhammad Al Fatih pun menyiapkan sekitar 4 Juta tentara untuk mengepung wilayah barat dan laut. Diketahui, pengepungan di kawasan tersebut terjadi selama 50 hari.

Baca Juga: Tok! MK Tolak Gugatan UU Cipta Kerja yang Diajukan Kelompok Buruh

Pasukannya kemudian berhasil membantu 70 kapal laut melewati hutan yang ditumbuhi pohon besar. Lalu, mereka juga mampu menaklukkan Konstantinopel. Selama berkuasa di sana, tepatnya pada 1451 hingga 1484 telah membangun banyak bangunan.

Di antaranya lebih dari 300 masjid, 57 sekolah, dan 59 tempat pemandian di berbagai wilayah di Utsmani. Sementara itu, ada beberapa peninggalan Muhammad Al Fatih yang populer. Tempat ini Masjid Sultan Muhammad II dan Jami' Abu Ayyub Al-Anshari.

Tak ditemukan soal Muhammad Al Fatih yang diangkat menjadi panglima perang. Hanya saja, menurut sebuah sumber, usai berhasil menaklukan Konstantinopel, Mehmed II diberi gelar Sultan Muhammad Al Fatih. Sebab, ia telah mewujudkan janji Rasulullah SAW.

Mehmed II setelah menyandang gelar memang dikenal sebagai sultan yang saleh. Semasa hidupnya, ia tak pernah meninggalkan salat fardu, salat sunah, salat Tahajud, hingga berpuasa. Sejak usianya 8 tahun, ia bahkan sudah mampu menghafal kitab suci Alquran.

Lalu, ia juga menguasai tujuh bahasa berbeda. Mulai dari Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Parsi, dan Ibrani. Setelah memimpin Konstantinopel selama 19 tahun, Mehmed II berencana ingin menaklukkan Roma, Italia. Namun, hal ini belum tercapai, karena ia wafat.

Mehmed II menghembuskan nafas terakhir pada 3 Mei 1481 M karena sakit dalam perjalanan jihad menuju pusat Imperium Romawi Barat di Roma. Di sisi lain, ada yang menyebut penyebab wafatnya sang sultan lantaran diracuni oleh dokter pribadinya, Ya’qub Basya.

Mehmed II wafat di usianya yang ke-50 tahun. Sebelum itu, ia membuat surat wasiat untuk keluarganya, termasuk Sultan Bayazid II agar dekat dengan para ulama, berlaku adil, tak tertipu dengan harta, serta menjaga agama untuk pribadi, masyarakat, dan kerajaan.

Kontributor : Xandra Junia Indriasti

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI