Suara.com - Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka baru-baru ini terlihat marah dalam akun X (dulu Twitter). Hal ini disebabkan karena ada warganet yang melontarkan hinaan terkait Keraton Solo.
Warganet dengan nama akun @/dydyaa2 itu tampak menghina prajurit Keraton. Ia mengomentari postingan Gibran yang mengunggah potret barusan prajurit Kraton Solo.
Namun alih-alih memberikan komentar positif, warganet ini malah menghina prajurit itu. Ia menyebut mereka sebagai kader PDI Perjuangan yang sedang menyamar mengenakan pakaian Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
"Ini pasukan apa lagi mas Gibran? Pasukan PDIP sedang menyamar memakai pakaian PKB ya?" tanya akun @/dydyaa2 pada Kamis (12/10/2023).
Baca Juga: Gandeng Anak Jokowi, Gerindra Kabupaten Bogor Dukung Prabowo-Gibran di Pilpres 2024
Hinaan warganet itu langsung membuat Gibran murka. Bahkan anak Presiden Jokowi ini sampai mengejutkan, yakni menandai warganet tersebut. Menurut Gibran, akun @/dydyaa2 itu sudah dua kali menghina prajurit Keraton Solo.
"Anda sudah 2 kali menghina prajurit Keraton ya," tegur Mas Wali dalam keterangan repost-nya di X, seperti dikutip Suara.com, Jumat (13/10/2023).
Tak sembarang bicara, Gibran turut memberikan bukti berupa hinaan lawas yang dilakukan akun tersebut. Ia membagikan tangkapan layar saat warganet itu menghina prajurit Keraton.
"Itu pasukan PDI Perjuangan ya? Kok pada tua-tua diperalat? Kasihan dong dipensiunkan biar istirahat. Nggak punya hati nurani PDI Perjuangan," tulis akun @/dydyaa2 pada 28 September 2023 lalu.
Sontak, aksi Gibran yang tegas dan menandai warganet itu langsung menuai atensi publik. Hingga berita ini dipublikasikan, cuitannya tersebut sudah dibaca 623 ribu kali dan mendapatkan ribuan tanda suka. Warganet juga ramai-ramai menuliskan beragam pendapat di kolom komentar.
Baca Juga: 5 Potret GKR Timoer Rumbai yang Ribut di Keraton Surakarta, Suka Tampil Necis Pakai Barang Mewah
"Penghinaan budaya daerah tuh," sahut warganet.
"Saling menghormati adalah tindakan yang lebih mulia daripada hina-menghina," pesan warganet.
"Sampun mas, anak yang sok sok an kaya gitu biasanya nol besar isi kepalanya. Lihat akunya aja udah kebaca, njenengan ladeni njih percuma mas (percuma kamu ladeni mas), bocah ora duwe tata kromo babar blas (anak gak tata krama sama sekali)," komentar warganet.
"Mbok digoleki mas, pengen weruh koyo opo wujude (tolong dicari mas orangnya, aku ingin lihat seperti apa wajahnya)," desak warganet.
"Jemput aja dah orang nya pak wali. Jemput pakai mobil polisi," tambah yang lain.
"Mas, mbokya disentil sesekali. Budaya kok disandingkan sama politik terus, mau usianya di bawah umur harus diajarin bedanya kritik sama ujaran kebencian. Ini bukannya anti kritik, tapi membudayakan kritik dengan cara yang baik untuk tujuan membangun. Kalau didiamkan, nanti tuman (kebiasaan)," saran warganet.