Siapa Dokter Amelia? Disebut Jaksa Sandhy Handika Saksikan Jenazah Mirna Warna Merah Ceri

Kamis, 12 Oktober 2023 | 10:44 WIB
Siapa Dokter Amelia? Disebut Jaksa Sandhy Handika Saksikan Jenazah Mirna Warna Merah Ceri
Jaksa Shandy Handika yang menangani kasus kopi sianida tahun 2016 silam (YouTube/CURHAT BANG Denny Sumargo)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kejanggalan kasus kopi sianida Mirna Salihin masih jadi perbincangan publik sejak rilis film dokumenter Netflix ' Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso'. Terbaru, muncul nama dokter Amelia yang disebut jaksa Sandhy Handika menyaksikan jenazah Mirna warna merah ceri.

Padahal saksi ahli dokter forensik Djaja Surya Atmadja menyebut jenazah Mirna warna biru bukan merah ceri. Hal itulah yang jadi salah satu alasan Dokter Djaja meyakini Mirna Salihin meninggal dunia bukan karena diracun sianida. Pasalnya salah satu ciri orang yang terpapar sianida adalah jasadnya berwarna merah ceri. 

Lantas siapa dokter Amelia yang disebut jaksa menyaksikan jenazah Mirna warna merah ceri tersebut? Simak penjelasan berikut ini.

Siapa Dokter Amelia?

Baca Juga: Punya Indra Keenam, Reaksi Cinta Kuya Tonton Kasus Jessica - Mirna Dipuji Berkelas

Jaksa Penuntut Umum (JPU) Shandy Handika yang menangani kasus kopi sianida pada 2016 memberi tanggapan terkait pernyataan Dokter Djaja. Shandy mengatakan ada saksi bernama dokter Amelia yang memberi keterangan bahwa dia melihat langsung jasad Mirna berwarna merah ceri. 

"Saya lihat di berkas perkara ada saksi namanya Amelia, itu BAP-nya dibacakan. Dia kalau nggak salah sebagai dokter atau staf di rumah sakit, melihat bahwa pada saat dia melihat mayat Mirna itu mukanya cherry red sebenarnya. Itu dibacakan di persidangan," ungkap Shandy Handika di YouTube Denny Sumargo pada Selasa (10/10/2023).

Sehingga memang ada perbedaan keterangan antara pihak Jessica Wongso, yakni Dokter Djaja dengan keterangan dari pihak JPU, yakni Amelia. Menurut Shandy hal itu bisa terjadi karena faktor cahaya.

"Bisa jadi pencahayaan beda," tutur sang jaksa.

Saksi dokter Amelia itu memang tidak dihadirkan di dalam persidangan pada tahun 2016 silam. Namun keterangan dari sang dokter dibacakan dalam BAP. 

Baca Juga: Salah! Keluarga Jessica Wongso Bukan Konglomerat, Jurnalis Fristian Griec: Orangtuanya Sederhana Banget

Sayangnya, tak diketahui secara pasti sosok dokter Amelia yang dimaksud oleh jaksa Shandy Handika. Identitas lengkap sang dokter yang menyaksikan jenazah Mirna warna merah ceri itu pun belum bisa dipastikan.

Dokter Djaja Dianggap Kurang Kompatibel

Dalam persidangan, saksi ahli dokter forensik Djaja Surya Atmadja mengungkap bahwa jenazah Mirna berwarna biru sehingga dia meyakini mendiang bukan keracunan sianida. Wakil Menteri Hukum dan HAM, Prof. Eddy Hiariej yang ketika itu menjadi saksi ahli dalam persidangan Jessica Wongso mengungkap tentang apa itu saksi ahli. 

"Seorang ahli memberi keterangan secara garis besar itu ada dua. Ada ahli ketika akan memberi keterangan itu tidak melakukan apa-apa, tapi ada ahli ketika akan memberi keterangan dia harus melakukan eksperimen, harus melakukan observasi, harus melakukan pemeriksaan," ucap Prof. Eddy.

Berdasarkan hal itu, Prof Eddy menyebut harusnya menanyakan pada dokter yang langsung menangani jenazah Mirna. Dia pun menyangsikan dr Djaja yang saat itu hanya melakukan pembalseman pada mayat Mirna. 

"Tapi kan dr Djaja tidak melakukan autopsi. Kalau nilai pembuktian orang tidak melakukan autopsi, lalu dia bicara itu tidak beda dengan orang yang ngomong sembarangan di pinggir jalan," ucap Prof. Eddy.

Sebelumnya Prof. Eddy menjelaskan ketika itu dokter mengambil sampel lambung, empedu, hati, urine, dari tubuh Mirna lalu diuji di laboratorium forensik. Dari hasil uji yang dibaca oleh Prof Budi Sampurna ditemukan ada Natrium Sianida atau NaCN.

"Itu kan satu rangkaian senyawa ion 0,2 sianida mg/L, juga ada 950 mg natrium per liter. Makanya kita harus membaca kesimpulan Prof Budi Sampurna bahwa kandungan NaCN, natrium sianida di dalam tubuh Mirna sudah cukup mematikan," jelas Prof Eddy.

Kontributor : Trias Rohmadoni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI