Suara.com - Usai namanya menjadi sorotan karena penayangan film Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso, Edi Darmawan Salihin mengaku tertipu oleh Netflix. Ayah kandung Mirna Salihin ini terang terangan merasa dirugikan dengan film tersebut. Apalagi dirinya tidak dibayar dalam pembuatannya.
“Jadi janganlah dengerin Netflix. Netflix itu penipu, jahat dia. Mending kalau kita dibayar. Udah gak dibayar, gratis,” ucap Edi Darmawan Salihin dalam potongan video yang diunggah kembali Instagram @rumpi_gosip, beberapa waktu lalu.
Edi Darmawan Salihin juga menyebut kalau Netflix sudah menjelek-jelekan kepolisian. Bahkan, karena hal ini membuat keadaan negara menjadi semakin rumit.
![Edi Darmawan Salihin [YouTube Karni Ilyas]](https://media.suara.com/pictures/original/2023/10/07/78245-edi-darmawan-salihin.jpg)
“Ngejelek-jelekin polisi, jahat kan itu. Negara kita lagi mau ada pemilu, mau apa, pak Jokowi pusing lah,” sambungnya saat diwawancarai Karni Ilyas.
Pernyataan Edi Darmawan Salihin mengenai tidak dapat bayaran ini lantas menjadi sorotan. Beberapa warganet menyebutkan, film dokumenter memang biasanya tidak digaji. Namun, ada yang menyebut kalau untuk wawancara sebenarnya orang yang muncul dalam film dokumenter bisa digaji.
“Namanya dokumenter gak digaji semua pak. Ini atas nama jurnalisme. Hubungannya apa sama nipu bapak? Pengen dapet duit?” komentar salah seorang warganet di kolom komentar.
“Intinya duit bapak gak dapat cipratan. Kalau dapat boleh lah tayang,” tulis akun lainnya.
“Sekelas Netflix nipu, harusnya dibayar sedikit juga. Dia juga dapet narasumber yang konkrit,” komentar akun lainnya.
Lantas sebenarnya apakah orang yang diwawancara untuk film dokumenter dibayar?
Melansir Circular All, masalah pembayaran orang yang diwawancara ini sangat tergantung dengan berbagai faktor, baik anggaran, kepentingan hingga keahlian orang tersebut, dan berbagai hal lainnya.