Suara.com - Nama Karni Ilyas kembali jadi sorotan usai dirinya melakukan wawancara dengan Ayah Mirna Salihin, Edi Darmawan Salihin. Karni Ilyas mewawancarai ayah Mirna Salihin terkait dengan kematian anaknya.
Wawancara itu pun kembali menimbulkan berbagai kontroversi terkait kasus yang terjadi pada Januari 2016 tersebut. Di sisi lain, Karni Ilyas sendiri memang bukan sosok jurnalis sembarangan. Dia telah menjalani prosesi tersebut selama puluhan tahun. Juga telah mewawancarai banyak tokoh penting Indonesia.
Berikut biodata serta profil dan perjalanan karir Karni Ilyas sebagai jurnalis.
Biodata
Baca Juga: Sosok Rangga Saputro, Ini Kisah Barista Olivier yang Batal Dituntut Ayah Mirna karena Kasihan
Nama lahir: Sukarni Ilyas.
Tempat, tanggal lahir: Bukittinggi, Sumatera Barat, 25 September 1952
Istri: Yulina
Anak: 3 orang
Orang tua: Syamsinar dan Ilyas Sutan Nagari
Pendidikan:
Sekolah Tinggi Publisistik, STP (sekarang Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, IISIP Jakarta)
Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Modal Ijazah SMA Untuk Jadi Wartawan
Karni Ilyas telah rajin menulis sejak masih sekolah di Padang. Tulisannya bahkan beberapa kali dimuat di koran Harian Abadi yang ada di Jakarta. Setelah merantau ke ibu kota, mulanya hanya untuk sekolah, Karni Ilyas memutuskan untuk cari pekerjaan lantaran tuntutan biaya hidup.
Dia pun nekat cari pekerjaan sebagai wartawan karena merasa telah mahir menulis bahkan sebelum jadi mahasiswa STP. Pada akhirnya Karni Ilyas memutuskan untuk coba melamar jadi reporter di koran Suara Karya meski pada saat itu dia masih kuliah dan baru lulusan SMA.
Dikutip dari buku biografi Karni Ilyas karya Fenty Effendy, ketika itu Karni Ilyas coba melamar jadi reporter di Suara Karya dengan membawa surat rekomendasi dari Novyan Kaman, teman ayahnya yang baru saja terpilih jadi anggota MPR/DPR mewakili Sumatera Barat.
Tetapi, surat tersebut tidak mempengaruhi keputusan pemimpin redaksi Suara Karya saat itu, Rahman Tolleng, yang langsung menolak Karni Ilyas dengan alasan tidak ada lowongan. Karni Ilyas yang telah bertekad untuk cari pekerjaan itu memberanikan diri berkata kepada Rahmat Tolleng tentang kekurangan berita yang ada di koran tersebut.
"Pak, saya sudah baca Suara Karya. Menurut saya, ada berita yang tidak masuk di situ," kata Karni Ilyas muda. Setelah ditanya balik sampai dua kali oleh Rahmat Tolleng, Karni Ilyas pun menjawab bahwa tidak ada berita hukum di Suara Karya.
Ucapan berani itu lah yang akhirnya membuat Karni Ilyas berhasil diterima jadi reporter di Suara Karya.
Makin Terkenal Sebagai Jurnalis
Menjadi wartawan telah jadi cita-cita Karni Ilyas sejak remaja. Dia pernah ditanya oleh sepupunya alasan dirinya ingin jadi wartawan. Karni Ilyas pun menjawab singkat karena dirinya ingin terkenal. Cita-cita itu nyatanya benar-benar terjadi.
Karni Ilyas perlahan membangun karirnya sebagai wartawan dari media cetak. Setelah keluar dari Suara Karya dia pindah ke majalah Tempo dengan jabatan terakhirnya di sana sebagai redaktur pelaksana rubrik Hukum.
Kemudian mulai berkarir di media televisi pada tahun 1996 dengan bergabung di SCTV. Setelah itu, Karni Ilyas menjadi presenter dalam program Liputan 6. Tak lama kemudian, Karni memimpin program berita di stasiun televisi lain, yaitu ANTV.
Hingga akhirnya, Karni Ilyas membawakan program bertajuk 'Jakarta Lawyers Club' yang kemudian diubah menjadi 'Indonesia Lawyers Club' atau ILC yang membuat namanya makin melambung dikenal masyarakat Indonesia.