Lalu, ia memutuskan untuk pindah jalur ke reserse. Krishna pun mengikuti sekolah kedinasan pada Satuan Kerja Lalu Lintas. Dari sini, ia pernah dipercaya untuk menjabat Kapolsek Randu Dongkal, Pemalang dan Kepala Satuan Reserse Polres Pemalang.
Setelah itu, ia kembali bertugas di Akpol sebagai pengasuh taruna selama 3 tahun. Krishna pada 1996 juga pernah dikirim ke Bosnia untuk menjadi anggota polri yang dinas di jajaran PBB. Pulang ke Indonesia, ia menjabat Kanit Reserse Narkoba Polwitabes Surabaya.
Krishna juga sempat ditugaskan sebagai Sekretaris Pribadi Kapolda Metro Jaya, Kapolsek Penjaringan Utara, dan Wakil Kapolres Depok. Ia bahkan kerap mengambil studi di Sekolah Pimpinan (Sespin) hingga menjadi dosen di Lemdikpol.
Krishna pun berhasil mendulang popularitas usai menjabat sebagai Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya. Setiap menggelar olah TKP, ia dan anggota lainnya memakai kaus hitam bertuliskan 'Turn Back Crime' hingga jargon ini viral.
Jabatan tersebut ia duduki pada tahun 2015 dan Krishna dianggap berprestasi karena menangani beberapa kasus besar. Sebut saja, teror bom bunuh diri di Sarinah dan kopi sianida. Dalam kasus kematian Mirna Salihin ini, ia menjadi pemimpin proses penyelidikan.
Krishna bersama anggotanya termasuk Ferdy Sambo menemukan kandungan sianida pada kopi yang diminum Mirna. Ia pun kemudian menyangkakan Jessica Wongso yang melakukannya. Di sisi lain, pada tahun 2016, ia ditugaskan untuk menjabat sebagai Wakapolda Lampung.
Namun, jabatan itu tidak lama diembannya karena Krishna dipromosikan sebagai Kabagkembangtas Romisinter Divhubinter Polri. Lalu, pada tahun 2017, kariernya kembali memuncak usai menjadi Karomisinter Divhubinter Polri.
Selang lima tahun, Krishna dimutasi menjadi Kepala Divisi Hubungan Internasional (Kadivhubinter) Mabes Polri hingga kini. Pemindahannya itu tercatat dalam Surat Telegram Kapolri dengan nomor ST/2224/X/KEP./2022 tertanggal 14 Oktober 2022.
Baca Juga: 5 Tokoh Ini Percaya Jessica Wongso Tidak Membunuh Mirna