Suara.com - Kasus tewasnya Wayan Mirna Salihin kembali mencuat ke publik setelah Netflix merilis film dokumenter bertajuk Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso.
Berbagai kesaksian ahli kembali dikorek karena publik merasa masih ada kejanggalan dalam kasus kematian Mirna setelah menenggak es kopi Vietnam di Kafe Olivier Grand Indonesia pada 2016 silam.
Kala itu, seorang ahli toksikologi kimia dari Universitas Indonesia, Budiawan turut dihadirkan dalam persidangan kasus kematian Mirna Salihin.
Budiawan meragukan jika Mirna tewas karena keracunan sianida yang disebut-sebut terkandung dalam kopi yang diminumnya.
Baca Juga: Kata Suami Mirna Salihin Usai Jessica Wongso Divonis 20 Tahun Penjara: Nggak Bisa Balikin Mirna
Saat itu, kondisi tubuh Mirna saat meninggal terlihat membiru. Menurutnya, kondisi orang yang meninggal karena racun sianida akan berwarna kemerahan.
"Tak ada hubungannya warna biru dengan sianida ini. Kalau sianida, harusnya (tubuh Mirna) merah," ungkap Budiawan pada 14 September 2016 silam saat bersaksi di sidang Jessica Wongso.
Budiawan menjelaskan lebam merah yang muncul pada tubuh orang yang keracunan sianida disebabkan karena kejenuhan oksigen dalam tubuh. Otomatis, oksigen dalam darah terhambat dan tidak bercampur dengan zat besi.
"Indikasi merah yang seharusnya terjadi," ujar Budiawan.
Tak hanya sampai di situ saja keraguan Budiawan. Berdasarkan barang bukti nomor 4, tidak ditemukan sianida dalam cairan lambung Mirna.
Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Jenazah Mirna Tak Diautopsi, Tapi Jessica Wongso Bisa Divonis 20 Tahun Penjara
Lebam merah pada orang yang keracunan sianida juga dipaparkan ahli patologi forensik dari Australia, Profesor Beng Beng Ong dan ahli patologi forensik Universitas Indonesia Djaja Surya Atmadja.