Suara.com - Dominasi suami yang berlebihan di atas ranjang ternyata tidak berbuah kenikmatan bagi istri saat bercinta. Bagaimana ya cara mengatasinya biar sama-sama orgasme?
Seksolog dr. Haekal Anshari mengatakan faktor pola asuh dan lingkungan turut andil dalam perjalanan seorang laki-laki menjalani usia 20 hingga 30 tahun. Apalagi kata dr. Haekal, lelaki yang dibesarkan dalam lingkungan yang kental dengan sistem sosial patriarki cenderung memiliki karakter kuat untuk mendominansi.
"Hal ini berpotensi membuatnya menjadi seorang "explorer" yang menjadikan orang lain atau pasangan seksnya hanya sebagai objek seksual semata," ujar dr. Haekal dalam konten edukasi di Instagram pribadinya, dikutip suara.com, Sabtu (30/9/2023)
Bahkan bangga bila mampu 'menaklukan' orang yang disukai atau menyukainya, lelaki cenderung mengesampingkan keterlibatan emosional dengan pasangannya.
Baca Juga: Bercinta Lebih dari Satu Ronde, Ini Saran Waktu Istirahat Bagi Pasutri Menurut Dokter Boyke
Ia juga menjelaskan faktor pengalaman seksual sebelumnya atau yang pertama kali juga turut andil dalam perjalanan seksualitasnya di usia 20 hingga 30 tahun.
"Laki-laki yang tidak mendapatkan pendidikan seksualitas atau dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sangat tabu membahas seks sehingga mencari tahu sendiri segala sesuatunya, cenderung akan terpapar oleh mitos seksualitas yang salah," jelasnya.
Mirisnya, kondisi ini bisa semakin buruk bila sering mengakses pornografi dalam berbagai bentuk. Hasilnya lelaki tersebut cenderung memandang seksualitas hanya sebagai pemuas 'alat kelamin' saja.
Padahal seksualitas menyangkut pikiran, hati, perasaan, dan emosional orang lain yang ikut terlibat dalam aktivitas seksualnya.
"Faktor sudah berpenghasilan sendiri dan syarat pernikahan yang cukup berat serta keraguan yang ada di dalamnya, juga turut andil," kata dia.
Baca Juga: Orgasme Puting Bisa Bikin Menggelinjang Tanpa Penetrasi, Begini Caranya Biar Sukses
Kesimpulannya, sederet faktor inilah yang membuat laki-laki usia 20 hungga 30 tahun cenderung lebih sering berfantasi seksual, melakukan hubungan seksual berisiko, tertantang untuk mencoba berbagai bentuk, posisi hingga preferensi hubungan seksual. Bahkan ia rela membayar seks atau 'jajan' di pinggir jalan.
Mengerikannya jika kebiasaan ini tidak dibarengi edukasi kesehatan seksual dan organ reproduksi. Maka penyakit kelamin seperti Infeksi Menular Seksual (IMS), kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), pelecehan dan kekerasan seksual hingga kecanduan seks sangat mungkin terjadi.
Selain itu, dr. Haekal sadar, pernikahan memang jadi cara untuk menyalurkan hasrat seksual. Tapi bukan berarti menjadikan pernikahan hanya untuk berhubungan seks. Ini karena saat berhubungan intim suami istri tidak sekedar berlandaskan nafsu saja, tapi ada kasih sayang di dalamnya.
"Karena tujuan menikah jauh lebih luas dan mulia dari hanya sekedar menyalurkan hasrat seksual. Apalagi bila tidak dibekali dengan pengetahuan seksualitas yang benar, maka kehidupan seksual dalam pernikahan bisa menjadi hubungan yang tidak setara, yaitu hanya didominansi oleh suami, dan malah membuat istri tertekan dengan dalih wajib melayani," pungkasnya.