Tika Bisono Ungkap Penyebab Anak Meninggal Karena DBD: Sempat Dikira Radang Tenggorok

Sabtu, 30 September 2023 | 09:05 WIB
Tika Bisono Ungkap Penyebab Anak Meninggal Karena DBD: Sempat Dikira Radang Tenggorok
Penyanyi dan psikolog Tika Bisono. (dok. Dini/Suara.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penyanyi sekaligus Psikolog Tika Bisono menceritakan kisah haru awal mula dirinya menjadi jadi pemerhati Dengue. Hal ini karena putrinya Janika Ramadhanti Putri Argeswara meninggal karena DBD (demam berdarah dengue).

Kepergian putrinya yang mengalami syok karena DBD yang awal mulanya dikira sebagai radang tenggorokan, menyisakan luka mendalam hingga akhirnya 16 tahun sudah atau tepatnya Juli 2007, hingga saat ini Tika Bisono masih gencar dan tidak bosan mengingatkan bahaya dan pencegahan DBD, penyakit yang merenggut nyawa putri kesayangannya.

Dari pengalaman itulah, dirinya tidak ingin semakin banyak orangtua yang bernasib sama seperti dirinya. Termasuk ia juga tidak ingin ada Janika-Janika lain yang harus tersiksa akibat tertular virus Dengue karena gigitan nyamuk aedes Aegypti.

“Pengalaman tersebut sungguh telah membuat saya dan keluarga belajar untuk bisa lebih paham, siap dan waspada terhadap pencegahan dan penanganan infeksi demam berdarah dengue," ungkap Tika beberapa waktu lalu di Kuningan, Jakarta Selatan.

Baca Juga: Bontang Enggak Dapat Jatah, Pemprov Kaltim Siapkan 10 Ribu Dosis Vaksin DBD

DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ‘dibawa’ oleh nyamuk Aedes Aegypti, ditandai dengan gejala khas seperti demam tinggi tanpa disertai gejala lainnya, tanpa disertai batuk, pilek, ataupun sesak napas.

Gejala awal DBD antara lain demam tinggi mendadak berlangsung sepanjang hari, nyeri kepala, nyeri saat menggerakan bola mata dan nyeri punggung, kadang disertai adanya tanda-tanda perdarahan.

Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD. (Freepik/jcomp)
Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD. (Freepik/jcomp)

Pada kasus yang lebih berat DBD dapat menimbulkan nyeri ulu hati, perdarahan saluran cerna, syok, hingga kematian. Masa inkubasi penyakit ini 3 hingga 14 hari, tetapi pada umumnya 4 hingga 7 hari.

Tika menambahkan, dirinya masih ingat betuo bagaimana saat itu akses pengobatan DBD sangat terbatas, karena belum ada obat yang ditemukan. Sehingga rumah sakit hanya melakukan perawatan hanya untuk meringankan gejala yang dialami pasien.

"Aku ingat saat itu, terus kampanye kalau anak demamnya turun jangan lantas lega atau bersyukur, karena itu adalah fase pelana kuda alias fase kritis. Jadi demam itu harus naik lagi, karena saat itu baru bisa memasuki tahap penyembuhan," kata Tika.

Baca Juga: Jumantik Punya Peran Penting dalam Upaya Pencegahan dan Pengendalian DBD

Kini pada 2023, dirinya bersyukur sudah ada vaksin DBD yang bisa diakses dan diberikan, walaupun ia menyayangkan vaksin yang sangat penting ini belum masuk program pemerintah, sehingga masyarakat tidak bisa mengaksesnya gratis.

"Hadirnya vaksinasi ini akan dapat membantu menurunkan angka keparahan dan kematian akibat infeksi demam berdarah dengue. Karenanya kami ingin senantiasa mengajak masyarakat untuk dapat memanfaatkan akses vaksinasi ini agar mendapatkan perlindungan yang komprehensif, yang tentunya dilakukan melalui konsultasi langsung ke dokter atau ahli medis," pungkas Tika.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI