Suara.com - Film Petualangan Sherina 2 jadi trending topic di Twitter usai tayang perdana 28 September 2023,. Bahkan beberapa netizen menyebut film yang diperankan Sherina Munaf dan Derby Romero sebagai Sadam ini, mampu memuaskan inner child generasi milenial.
Di hari pertamanya tayang, film garapan Mira Lesmana (Mira) dan Riri Riza ini menuai komentar beragam di media sosial. Kebanyakan dari netizen mengaku merasa kembali terbawa nostalgia saat film Petualangan Sherina 1 itu tayang 2010 silam.
Salah satu komentar yang banyak bermunculan yakni, terpuaskannya inner child generasi 90-an yang saat itu hampir semua anak Indonesia pernah menonton film anak bertema petualangan tersebut.
"2 jam (durasi film) ngasih makan inner child aku. Dan aku puas, aku suka," ujar @FUTRIANA dalam salah satu kalimat review film Petualangan Sherina 2 di Twitter, dikutip suara.com, Jumat (29/9/2023).
Baca Juga: Nostalgia ke Masa Kecil, Sherina dan Derby Romero Kejutkan Penonton di Synchronize Festival 2023
"23 tahun berlalu, petualangan sherina 2 bener-benar membuat inner child kita bergejolak. Secara plot sebenernya nggak terlalu jauh dengan petsher pertama. Beberapa kali mata berkaca-kaca meskipun bukan adegan sedih. Ibarat haru ketemu sama yang kita rindu," tambah cuitan @wilanrojaba.
Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan inner child?
Inner child adalah konsep yang menggambarkan sifat dan sikap kekanak-kanakan yang mungkin dimiliki setiap orang. Tapi kondisi ini tidak sama pada setiap orang, karena inner child terbentuk dari pengalaman saat masih anak-anak.
Inner child bisa digambarkan sebagai bagian dari diri Anda yang tidak ikut tumbuh dewasa dan tetap menjadi anak-anak. Artinya, bagian ini terus menetap dan bersembunyi di dalam diri Anda.
Sedangkan melansir situs resmi Universitas Muhammadiyah Purwokerto Fakultas Psikologi, dijelaskan Dosen Psikologi Dzikria Afifah Primala Wijaya, S.Psi., M.A, inner child adalah sisi anak kecil yang ada dalam diri orang dewasa.
Baca Juga: Momen Haru Sherina Munaf - Derby Romero Kunjungi Bosscha Setelah 23 Tahun, Sama-sama Mewek
Dalan istilah psikologi inner child disebut dengan advisery childhood experiences (ACEs). Kondisi ini sangat wajar dialami setiap individu, dan jika dikelola dengan baik bermanfaat sebagai mood booster untuk kesehatan mental orang tersebut.
"Sebenarnya, kita semua punya sisi inner child tergantung mau diarahkansisi positif atau penghambat. Jika dikembangkan sebagai sebuah hambatan maka akan terjadi hambatan seperti: si A minta ice cream tetapi tidak dapat terus meraung-raung itu berarti sisi anak kecil yang jadi hambatan," terang Dzikria.
Namun dengan tegas dikatakan Inner Child bukanlah gangguan kesehatan mental, karena kondisi tersebut kelibatkan perjalanan atau pengalaman hidup orang tersebut mampu memecahkan masalah di usia anak-anak.
"Jika inner child tidak bisa menjadi tantangan dan pengembangan diri (mood booster) maka akan menjadi masalah, tang tidak menutup kemungkinan akan menyebabkan orang yang bersangkutan mengalami gangguan mental," jelasnya.
"Akan tetapi kurang tepat, jika penyebab gangguan mental langsung disebabkan karena inner child. Ada dinamika psikologis yang kompleks sehingga menyebabkan seseorang mengalami gangguan mental," pungkasnya.