Suara.com - Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan akan dampak bencana alam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, terdapat 564 peristiwa bencana alam di Indonesia sejak 1 Januari hingga 7 Maret 2023.
Oleh sebab itu penting untuk memberikan edukasi dan pemahaman terkait bencana sejak usia dini. Salah satunya seperti yang dilakukan Yayasan Melati Pertiwi (YMP), Majelis Nasional Forum Alumni Korps HMI Wati MN Forhati, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk membangun pesantren tanggap bencana. Kegiatan ini berlangsung di Ponpes Cendekia Mandiri, Desa Prabugantungan, Kecamatan Cileles, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Momen ini juga bertepatan dengan semangat Maulid Nabi Muhammad Saw. Koordinator Presidium Majelis Nasional Forhati, Hj. Cut Emma Mutia Ratna Dewi, menjelaskan kegiatan ini bertujuan membantu santri untuk memahami wawasan kebencanaan dan mengembangkan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang berubah.
"Kegiatan ini berfokus pada pengembangan sikap profesional dalam bidang penanggulangan bencana bagi santri. Ketiga, kegiatan ini diarahkan untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana serta menjamin penanggulangan bencana yang terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh," kata Cut Emma dalam keterangannya baru-baru ini.
Baca Juga: Status Banjarnegara Naik Level Jadi Tanggap Darurat Kekeringan, Warga Rela Beli Air
Lebih lanjut ia juga menjelaskan bahwa kegiatan ini berusaha untuk menangani dampak buruk yang mungkin timbul akibat bencana, dan mewujudkan kepedulian dan berbagi kepada santri, yang sebagian besar merupakan anak Yatim Piatu/Yatim dan Dhuafa di Ponpes Cendekia Mandiri.
"Kegiatan ini adalah salah satu wujud nyata dari semangat gotong royong dalam Islam. Kami berharap dapat membantu santri untuk menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi bencana dan memiliki rasa kepedulian terhadap sesama," kata Cut Ema.
Ketua Umum Yayasan Melati Pertiwi (YMP), Andi Maraida, sangat mengapresiasi kerjasama antara lembaga-lembaga ini dalam mempersiapkan pesantren yang tangguh menghadapi bencana.
"Ini adalah langkah positif dalam menjaga keselamatan dan kesejahteraan masyarakat di masa depan," ujar Andi.
Baca Juga: Fakta-fakta Indentitas Kasus Pelecehan Seksual di Ponpes Semarang: Muh. Anwar Bukan Kiai