Infografis
Suara.com - Inara Rusli diperingatkan oleh mantan mertuanya Eva Manurung agar tidak lakukan pencitraan saat berada di ruang sidang. Pencitraan yang dimaksud karena Inara masih mau mencium tangan ibu dari penyanyi Virgoun tersebut.
Sikap Inara Rusli pun dapat pujian dari warganet lantaran selama ini Eva Manurung justru kerap membongkar aib mantan menantunya itu ke publik. Namun, Eva Manurung justru melihat hal itu sebagai sebuah pencitraan belaka.
"Kalau saya biasa aja (saat tangan dicium). Kenapa? Sesungguhnya, yang lalu-lalu saya lihat sama mamahnya gini-gini. Jadi nggak, sudah pencitraan," ujar Eva Manurung, dikutip dari tayangan Cumicumi pada Senin (18/9/2023).
Meski begitu, bila ternyata sikap ramah Inara Rusli memang tulus dari hati, Eva Manurung tetap berterima kasih. Ia juga berpesan, jika Inara Rusli memang menganggapnya ibu, maka harus menerima nasihatnya, bukan justru membantah.
Baca Juga: 9 Momen Virgoun Dapat Kejutan Ulang Tahun dari Starla, Netter Malah Puji Inara Rusli
![Eva Manurung, ibu Virgoun dan Febby Carol, kakak Virgoun di Pengadilan Agama Jakarta Barat pada Rabu (6/9/2023). [Suara.com/Rena Pangesti]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/09/06/17789-eva-manurung-ibu-virgoun-dan-febby-carol-kakak-virgoun.jpg)
Di sisi lain, cium tangan memang telah menjadi budaya salam bagi masyarakat Indonesia. Pada umumnya, cium tangan dilakukan oleh umat muslim sebagai bentuk salam dan hormat kepada orang yang lebih tua atau dimuliakan.
Dikutip dari jurnal UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, cium tangan termasuk etika yang berasal dari akulturasi budaya Jawa dan Agama Islam.
Cium tangan dalam kebudayaan Jawa menjadi wujud pelaksanaan nilai kesopanan dan menyangkut tata krama untuk menghargai orang lain yang lebih tua khususnya. Melakukan cium tangan juga diyakini bisa meningkatkan nilai “rasa” di antara orang tua dan anak, suami dan Istri,
Sebagai etiket, cium tangan memiliki nilai-nilai kultural dalam kehidupan orang Jawa, di Blitar khususnya. Tetapi melakukan cium tangan bukan hanya terkait dengan budaya melainkan juga Agama.
Dalam Agama Islam khususnya, hal ini dilakukan dalam kehidupan beragama di Blitar, lebih kental lagi pelaksanaannya di dalam pesantren antara Kyai dan santrinya.
