Suara.com - Tahu bulat dan sotong masih menjadi penganan favorit banyak orang hingga saat ini. Meski harganya yang murah meriah, siapa sangka jika pebisnis tahu bulat dan sotong bisa mengantongi miliaran pertahunnya?
Ya, peluang inilah yang coba dimanfaatkan Dodi Effendi, pria asal Ciamis, Jawa Barat yang merupakan seorang mantan PNS. Lantas bagaimana kisah suksesnya hingga bisa menghasilkan omzet fantastis hanya dari tahu bulat dan sotong? Berikut ulasannya.
Dodi mengungkap, jika sejak masa kuliah, dirinya memang sudah memiliki minat pada dunia wirausaha. Namun saat itu, peluang bekerja menjadi abdi negara datang hingga ia fokus bekerja menjadi seorang PNS hingga tahun 2014.
Namun, Dodi mengatakan jika ia pernah mendengar seorang Ustaz soal kewirausahaan. Dia berkata jika apapun profesinya, kita tetap harus berniaga dan memiliki hasil dari perdagangan.
Baca Juga: Diremehkan Buka Bisnis Karaoke, Inul Daratista Pastikan Modalnya Bukan Dari Money Laundry
"Jadi waktu masih jadi PNS, saya merintis beberapa usaha di antaranya pabrik tahu. Maka sekian tahun setelah merintis produk tahu, sepertinya menjanjikan nih karena dari waktu ke waktu terus berkembang, permintaan banyak," tambahanya.
Namun, karena saat itu masih bekerja menjadi PNS, Dodi merasa dirinya kurang optimal mengurus pekerjaannya dan bisnis pabrik tahu miliknya. Sementara keduanya tentu membutuhkan konsentrasi dan fokus yang baik.
Ia pun menimbang untuk keluar dari pekerjaannya. Terlebih hal tersebut didukung oleh orangtuanya. Tepat ketika tahu bulat mulai booming di tahun 2014 Dodi pun berhenti menjadi seorang PNS.
Bersama rekan-rekannya, Dodi membuat tahun bahan, yakni bahan setengah jadi untuk pembuatan tahu bulat. Dua tahun memproduksi tahu bahan, ia pun mulai melangkah dengan mengolah tahu bahan menjadi tahu bulat seiring permintaan yang semakin meningkat.
Dodi mulai membenahi sistem produksi. Hingga usahanya kini semakin berkembang. Dalam satu hari, pabrik tahu milik Dodi yang dinamakan Macakal bahkan menghabiskan hingga 2 ton kedelai dan menghasilkan 200-250 tahun bulat yang didistribusikan ke sebagian besar pulau Jawa hingga Sumatera.
Sempat Mengalami Kegagalan
Usaha Dodi pun tak selalu berjalan lancar. Ada masanya ia menghadapi para mitra yang kurang baik, berhutang, sulit membayar bahkan kabur ntah ke mana. Hingga ia tak memiliki uang tunai dan hutang ratusan juta di supplier.
"Jadi setiap hari tahu terus diproduksi tapi kita punya hutang ke supplier dan lain-lain sampai mikir gimana ni hutang kita ratusan juta. Order ada. Uangnya ga ada," pungkasnya.
Ketika booming tahu bulat 2015-2016, pabriknya juga mendapatkan banyak permintaan, tapi ia memaksakan. Sayangnya karena hal tersebut, kualitas jadi menurun karena pengawasannya kurang.
Untuk mengatasi sederet permasalahan itu, Dodi pun membentuk tim dan kembali pelajar menjalankan bisnisnya. Ia juga melakukan seleksi secara ketat mitra dan agen yang biasa mengambil produk dari pabriknya.
"Maka solusinya harus diseleksi lagi nih secara ketat. Karena kita butuh mereka, harus sebaik-baiknya komunikasi. Dipilihkan yang kira-kira layak, yang masih nermitra hutangnya gede ditegur, ditagih, mulai ga dikasih barang. Ada yang sadar, ada yang malah kabur," ucapnya sambil tertawa.
Setelah memperbaiki sistem produksi hingga seleksi ketat, uang cash ke pabriknya mulai kembali berputar. Dodi menjualnya dengan harga mulai dari Rp170, dengan penghasilan pertahun mencapai Rp4 miliar!