Suara.com - Kebakaran di Gunung Bromo akibat ulah wedding organizer yang menggunakan flare saat foto prewedding semakin meluas mencapai Malang. Kabar terbaru menyebut muncul tornado api yang mengganas dan sampai saat ini belum juga padam.
Viral di media sosial pemandangan si jago merah semakin mengganas hingga menciptakan tornado api, dan menyebabkan kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) berwarna merah.
Setelah kejadian Bukit Teletubbies terbakar akibat foto prewedding menggunakan flare yang menyulut rumput kering di Savana. Masyarakat mulai merasakan dampaknya dari mulai kebakaran meluas, bisnis pariwisata total milyaran rupiah tidak bisa beroperasi hingga flora dan fauna yang terancam punah.
Salah satu momen tornado api Gunung Bromo dibagikan akun Instagram @mountnesia, dilihat Suara.com, Kamis (14/9/2023) tampak api sudah sangat membumbung tinggi menutupi seluruh langit karena asap yang sangat tebal.
Baca Juga: BREAKING NEWS: Detik-Detik Warung Makan di Surabaya Terbakar, Api Berkobar Besar
Bahkan masyarakat sekitar yang mencoba memadamkannya, terlihat menggelengkan kepada sebagai gestur api tidak bisa dipadamkan secara manual. Mengerikannya lagi bukan hanya asap yang berbentuk seperti tornado, tapi juga api. Sehingga sekilas api berjalan ke atas langit.
"Miliaran uang hangus? Tornado api muncul di kebakaran Gunung Bromo pada kemarin sore. Kebakaran akibat Prewed Flare Gunung Bromo itu masih berlangsung dan susah dipadamkan," tulis akun @mountnesia.
Berikut ini beberapa sebab kebakaran di gunung sulit dipadamkan hingga meluas, melansir situs Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Kabupaten Probolinggo:
1. Hambatan Lokasi
Menurut Personil TRC BPBD Kabupaten Probolinggo, Heri pihaknya sudah melakukan tindakan darurat yaitu menyiramkan pasir di area belum terbakar, membuat sekat, hingga menyiramkan air di titik api.
Baca Juga: Hadapi Musim Kemarau, BPBD Mengimbau Masyarakat Tangerang Waspadai Kebakaran
Namun hambatan lain muncul saat proses pemadaman api dikarenakan lereng tebing yang terjal sehingga sulit dijangkau. Selain itu, mobil damkar mengalami kesulitan untuk menyemprotkan air pada titik api karena lokasi lereng bukit yang cukup tinggi.
2. Cuaca Memperburuk Peristiwa
Lantaran kebakaran terjadi pada musim kemarau yang menyebabkan rumput kering dan mudah terbakar. Kebakaran ini diperparah dengan cuaca berangin, serta rumput ilalang yang kering membuat api dengan cepatnya menjalar.
3. Pemadaman Manual Berbahaya
Sebagaimana pengalaman BNPB yang sudah beberapa kali menangani kasus kebakaran hutan, umumnya pertolongan pertama dilakukan pemadaman manual.
Mengerikannya, pemadaman manual ini yang hanya mengandalkan alat seadanya seperti dahan dipukul-pukul untuk mematikan api. Tapi cara ini berbahaya karena jika api terlalu besar dan angin yang berhembus terlalu kencang, api bisa mengenai si pemadam.