Berjuang dari Nol

Fiqqy mengatakan jika dirinya harus berjuang. Saat itu. Omzetnya bahkan hanya Rp100-150 ribu perhari. Dengan penghasilan tersebut ia harus membayar dua orang karyawannya.
Bahkan terkadang, ia tak memiliki keuntungan perbulannya. Jika ada lebih hanya berkisar Rp200 ribu, dan paling besar Rp700 ribu. Melihat hal tersebur, orangtua Fiqqy menawarkannya untul berkuliah dan bekerja saja.
Namun, Fiqqy menolak tawaran tersebut dan bersikeras untuk tetap melanjutkan usahanya walau untungnya tak seberapa. Terpenting kata dia, angkringannya bisa berjalan, membayar dua karyawannya dan modal bahan baku setiap hari.
"Karena seneng ngejalaninnya, seru aja meskipun hasilnya belum terlihat tapi kalau kita nyaman ya jalanin terus. Karena saya memilih jalan untuk berjualan, tidak mau terus kuliah, mau tidak mau harus survive dan harus berhasil," ungkapnya yakin.
Atas kegigihan tersebut, kini angkringan yang namanya diambil dari nama ini temannya itu kini semakin berkembang dan berhasil. Fiqqy berjualan setiap harinya mulai pukul 16.00-00.00.
Kini, ia pum sudah memiliki lima orang karyawan dengan omzet 30-40 juta perbulannya. Selain membiayai kehidupannya sehari-hari, Fiqqy juga bisa membuktikan pada keluarganya jika tak ada yang tak mungkin.
"Jualan gerobakan sering dipandang sebelah mata, jualannya ga keren gitu ya. Tapi kan kita cari penghasilan, bukan cari keren. Jadi kalo menurut saya ga keren juga gapapa lah asal ngasilin," tutup dia.