Suara.com - Bisnis kuliner kaki lima menggunakan gerobak seringkali dipandang sebelah maya oleh banyak orang. Padahal tak sedikit lho pedagang yang sukses hingga memiliki omzet puluhan juta perbulannya.
Hal inilah yang terlihat pada bisnis angkringan Soearti milik Fiqqy Fachrurozy di Ciamis, Jawa Barat. Pria 30 tahun ini membagikan kisah inspiratif atas kesuksesan yang diraihnya saat ini.
Menjalankan sebuah angkringan, Fiqqy mengatakan jika dirinya pada awalnya tak memiliki bakat berjualan. Namun saat itu, sang teman memintanya untuk menjaga angkringan miliknya, karena yang bersangkutan akan melebarkan bisnisnya ke Bandung, Jawa Barat.
"Usaha temen saya yang di Bandung perkembangannya lebih maju, mungkin perlu modal lagi. Jadi dijual ke saya, saya yang meneruskan dari 2017 hingga saat ini," pungkasnya seperti yang Suara.com kutip pada Rabu (13/9/2023).
Modal Rp20 Juta
Memiliki minat pada bisnis kuliner, Fiqqy pun langsung mencari modal saat itu juga untuk membayar temannya senilai Rp20 juta. Saat itu, ia sempat kesulitan mencari modal, karena tabungannya masih kurang.
Fiqqy pun nekat menjual berbagai barang apapun yang bisa dijualnya untuk membayar kepemilikan bisnis tersebut. Dengan harga itu, Fiqqy sudah mendapatkan gerobak dan berbagai peralatan untuk angkringannya.
"Nyari uang ga dikasih orangtua modalnya. Ada tabungan dikit masih kurang, ada hp dua, dijual satu. Apa aja barang-barang yang bisa dijual, dijual meskipun belim tau ke depannya gimana tapi karena keinganan sudah bulat jadi terus berusaha," ucapnya lagi.
Setelah bisa melunasi kepemilikan bisnis angkringan temannya, Fiqqy oun harus berjuang dari nol kembali saat lapaknya harus tergusur karena penataan kota. Ia pun segera mencari tempat baru. Kini, angkringannya menempati sebuab ruko di pinggir jalan dengan gerobakan di bagian depannya.
Inspirasi itu, kata dia sebenarnya datang dari angkringan di Yogyakarta. Menurutnya dibandingkan berkonsep cafe yang pesaingnya sudah banyak, ia tetap menyesuaikan pasar menengah ke bawah dengan harga yang terjangkau.
Berjuang dari Nol
Fiqqy mengatakan jika dirinya harus berjuang. Saat itu. Omzetnya bahkan hanya Rp100-150 ribu perhari. Dengan penghasilan tersebut ia harus membayar dua orang karyawannya.
Bahkan terkadang, ia tak memiliki keuntungan perbulannya. Jika ada lebih hanya berkisar Rp200 ribu, dan paling besar Rp700 ribu. Melihat hal tersebur, orangtua Fiqqy menawarkannya untul berkuliah dan bekerja saja.
Namun, Fiqqy menolak tawaran tersebut dan bersikeras untuk tetap melanjutkan usahanya walau untungnya tak seberapa. Terpenting kata dia, angkringannya bisa berjalan, membayar dua karyawannya dan modal bahan baku setiap hari.
"Karena seneng ngejalaninnya, seru aja meskipun hasilnya belum terlihat tapi kalau kita nyaman ya jalanin terus. Karena saya memilih jalan untuk berjualan, tidak mau terus kuliah, mau tidak mau harus survive dan harus berhasil," ungkapnya yakin.
Atas kegigihan tersebut, kini angkringan yang namanya diambil dari nama ini temannya itu kini semakin berkembang dan berhasil. Fiqqy berjualan setiap harinya mulai pukul 16.00-00.00.
Kini, ia pum sudah memiliki lima orang karyawan dengan omzet 30-40 juta perbulannya. Selain membiayai kehidupannya sehari-hari, Fiqqy juga bisa membuktikan pada keluarganya jika tak ada yang tak mungkin.
"Jualan gerobakan sering dipandang sebelah mata, jualannya ga keren gitu ya. Tapi kan kita cari penghasilan, bukan cari keren. Jadi kalo menurut saya ga keren juga gapapa lah asal ngasilin," tutup dia.