Kisah Inspiratif Petani Milenial: Berhenti Kerja dari Bank dan Raup Untung Rp 300 Juta di Usia 21 Tahun

Selasa, 12 September 2023 | 14:29 WIB
Kisah Inspiratif Petani Milenial: Berhenti Kerja dari Bank dan Raup Untung Rp 300 Juta di Usia 21 Tahun
Kisah inspiratif Ujang petani milenial. (Youtube Naik Kelas)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak orang memandang sebelah mata profesi petani, hasilnya regenerasi petani milenial semakin berkurang. Padahal jadi petani milenial bisa dapat untung puluhan juta sebulan loh.

Kisah inspiratif dibagikan Pengusaha Muda di Bidang Pertanian alias petani muda Ujang Solehudin (21), yang bisa meraup untung hingga Rp 300 juta sekali panen bertani cabai.

Ujang adalah salah satu petani milenial kebanggan Indonesia, ia pilih fokus bertani alih-alih bekerja di kota yang sebesar apapun gajinya tetap saja ia hanya seorang karyawan, yang memperkaya orang lain.

"Saya mendengar dari salah satu narasumber jangan berharap jadi pekerja, tapi berharap jadi pemilik. Di sana saya berpikir, oh iya daripada memperkaya orang lain, lebih baik memperkaya diri sendiri," ujar Ujang dalam konten video Naik Kelas dikutip suara.com, Selasa (12/9/2023).

Baca Juga: Dulu Jadi PRT, Begini Kisah Sukses Wanita Ciamis Bisnis Hijab Hingga Dapat Ratusan Juta Perbulan

Pilih Berhenti Jadi Pegawai Bank

Tidak menunggu waktu lama untuk Ujang tersadar bahwa petani milenial adalah profesi layak dilakukan, dibanding hanya menjadi pekerja kantoran di bidang perbankan. Buktinya bagi Ujang bekerja 2 bulan di bawah perintah orang lain, sampai akhirnya punya usahanya sendiri yaitu bertani cabai.

"Awal mula bertani lulus SMK, saya cari kerja dari salah satu perusahaan keuangan, dari pekerja Jawa Barat. Sudah memasuki 1 bulan lebih saya mulai berpikir, kerja tiap hari, atasan yang enak," ungkap lelaki lulusan SMK itu.

Jadilah setelah bertekad, memiliki dasar pengetahuan karena lulus dari SMK jurusan pertanian dan merasa punya pengalaman orangtua di bidang yang sama yakni pertanian. Akhirnya Ujang pilih pulang ke kampung halaman, tepatnya di Desa Mandalare, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

"Saya putuskan pulang kampung, karena orangtua bertani akhirnya saya putuskan bertani," cerita Ujang.

Baca Juga: Laporan Dampak Pandawa Agri 2023 Dorong Transformasi Pertanian Berketahanan Iklim

Omset Rp 400 Juta Untung Rp 300 Juta

Menurut Ujang, dalam setahun ia berkesempatan mendapatkan 2 kali panen. Ini karena ia hanya bisa menggarap lahan seluas 1,5 hektare setiap 7 bulan sekali, dengan total 20.000 batang pohon cabai.

Dalam satu batang pohon, Ujang memperkirakan harus mengeluarkan modal Rp 3 ribu, yang sudah termasuk obat, pupuk, tenaga kerja dan sebagainya. Sehingga jika total punya 20.000 batang pohon, maka harga modal yang dikeluarkan Rp100 juta per 7 bulan.

Namun harga cabai ini harus mengikuti harga pasaran, sehingga jika harga jual cabai Rp 20 ribu per kilogram, sehingga dengan total ia memiliki 20.000 batang pohon, maka ia bisa menghasilkan 20 ton. Sehingga jika jumlah 20 ton jika dihitung per kilogram Rp 20 ribu, maka ia mendapat omset berkisar Rp 400 juta.

Lalu penghasilan kotor Rp 400 juta ini, masih harus dikurangi modal Rp 100 juta untuk modal. Sehingga laba bersih Ujang mendapat untung Rp 300 juta. Sedangkan karena panen cabai per 7 bulan sekali, maka penghasilan Ujang bisa mencapai Rp 42 juta per bulan.

Menariknya, seluruh modal awal Ujang ini cukup dengan mengumpulkan uang selama 2 bulan dirinya bekerja di sektor keuangan ini.

Menyambung Hidup Belum Panen

Uniknya, Ujang tidak bisa mengandalkan penghasilan dari panen cabai per 7 bulan saja, apalagi tetap ada risiko gagal panen atau harga cabai di pasaran yang sangat rendah. Inilah sebabnya Ujang menanam jenis sayuran lain.

"Saya tanam sayuran jenis lain, karena waktu penanaman sampai panen cabai lumayan lama, jadi saya menyibukkan diri menanam sayuran jenis lain, supaya kebutuhan sehari-hari bisa tercukupi," kata Ujang.

Adapun bertani jenis sayuran lain sebagai penghasilan sampingan yang dilakukan, yakni sayur tomat dan timun. Menurut Ujang, timun bisa dipanen satu bulan sekali, sedangkan tomat bisa dipanen 2 bulan ke atas.

"Jadi dari segi perputaran tetap lancar, alhamdulillah," ucapnya.

Petani Milenial itu Keren

Lantaran sudah bisa membuktikan langsung, Ujang memastikan menjadi petani bukanlah profesi rendahan, tapi profesi yang sangat dibutuhkan banyak orang dan perannya sangat vital. Apalagi sejak dulu, Indonesia terkenal sebagai pertanian dan tanahnya yang luas.

Termasuk juga petani adalah ujung tombak ketahanan pangan Indonesia. Ditambah saat ini bertani semakin mudah berkata inovasi teknologi di bidang pertanian, terlebih saat ini semakin banyak varietas aneka jenis sayur dan buah-buahan.

"Jangan pernah menyerah, petani dipandang sebelah mata, padahal sektor pertanian punya peranan penting dari segi pertahanan pangan. Kalian memandang petani sebelah mata tapi kalian juga yang menikmatinya. Jangan beranggapan petani kerjanya kuno, buatlah pekerjaan petani modern taktis dan inovatif," pungkas Ujang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI