Suara.com - Di tengah cuaca panas ekstrem, empat pendaki asal Indonesia telah memulai petualangan mereka di Kota Chamonix, dekat Pegunungan Alpen, Swiss sejak 21 Agustus 2023. Mereka tergabung yang tergabung dalam Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung (Wanadri)
Kota Chamonix telah menjadi impian para pendaki gunung dari seluruh dunia selama berabad-abad, dan tempat ini menjadi saksi dari perjalanan mereka yang luar biasa.
Empat pendaki ini melakukan perjalanan jauh dari Indonesia ke Swiss dengan misi Alpine Trilogy, yang digagas oleh Komite Ekspedisi Wanadri Indonesia (KEWI) dan didukung oleh EIGER Adventure, merek penyedia perlengkapan luar ruang asal Bandung.
Misi mereka melibatkan pendakian ke tiga puncak gunung di Pegunungan Alpen: Eiger (3.967 Mdpl), Matterhorn (4.487 Mdpl), dan Mont Blanc (4.807 Mdpl).
Baca Juga: Sempat Viral Ada Produk Buatan China, Eiger: Ada Transfer Teknologi!
Iwan "Kwecheng" Irawan, seorang pendaki senior Wanadri yang juga merupakan bagian dari tim Alpine Trilogy, mewakili EIGER Adventure Service Team.
Dia menceritakan bahwa perjalanan ini membutuhkan waktu berhari-hari untuk beraklimatisasi dan mengumpulkan semua data informasi serta teknis yang diperlukan.
“Ketiga puncak gunung yang dituju, membutuhkan keterampilan teknis dan pengalaman pendakian yang tinggi. Berbagai hambatan silih berganti selama proses percobaan pendakian, mulai dari gelombang panas esktrem yang melanda Swiss hingga cuaca berubah jadi badai salju,” ungkap Iwan.
Akibat cuaca panas ekstrem di Eropa, pendakian ke Mont Blanc terpaksa tertunda karena jalur pendakian ditutup. Namun, empat pendaki Indonesia, yaitu Iwan Irawan, Nurhuda, Muhammad Wahyudi, dan Muhammad Miftakhudin, memutuskan untuk melanjutkan ekspedisi mereka ke puncak kedua, yaitu Matterhorn, yang berada pada ketinggian 4.487 Mdpl.
Sayangnya, cuaca juga tidak mendukung rencana mereka, dengan badai salju melanda desa terdekat menuju Matterhorn, yaitu Zermatt.
Baca Juga: Tempat Wisata Alam Gunung Manglayang, Rekomendasi untuk Pendaki Pemula
“Sejak dari Zermatt Badai salju besar datang hingga menghadang kami di tengah jalur, tepatnya di Solvayhuette. Terlalu berbahaya untuk dilanjutkan hingga puncak Matterhorn. Akhirnya kami kembali ke Zermatt,” ungkap Iwan.
Setelah pulih selama tiga hari dan mendapatkan kembali kekuatan fisik dan mental, empat pendaki Indonesia ini melanjutkan misi mereka ke puncak ketiga, Gunung Eiger, yang berada pada ketinggian 3.967 Mdpl. Menurut Iwan, Gunung Eiger termasuk dalam kategori pendakian teknis yang paling sulit di dunia, dan ini juga menjadi inspirasi bagi nama merek perlengkapan luar ruang asal Bandung, EIGER Adventure.
"Kami mencoba jalur pertama ke puncak Eiger melalui Heckmair, tetapi pijakan es di atas dinding Eiger terus runtuh karena cuaca panas. Akhirnya, kami mengubah jalur melalui West Flank. Meskipun salju mencair akibat suhu panas di jalur West Flank, jalurnya tidak seberbahaya seperti jalur Heckmair," cerita Iwan.
Mereka harus menghadapi tantangan berat, memanjat batu cadas tajam, meraih es, dan mendaki lereng vertikal dengan teknik tinggi keselamatan. Empat pendaki Indonesia ini menggunakan peralatan teknis yang membutuhkan jam terbang tinggi dalam pendakian berbahaya ini.
Hasilnya, dua pendaki, yaitu Iwan 'Kwecheng' Irawan dan Nurhuda, berhasil mencapai puncak Gunung Eiger, sementara dua lainnya terpaksa harus menghentikan pendakian di tengah jalur karena alasan medis. Miftakhudin mengalami cedera lutut bengkak dan tumit lecet.
Pada tanggal 6 September 2023, Merah Putih berkibar di puncak Gunung Eiger dengan bangga. Setelah mencapai puncak, mereka menghabiskan satu malam untuk pemulihan dan mendirikan bivak menggantung di lereng curam Gunung Eiger. Setelah anggota tim yang cidera pulih, empat pendaki Indonesia ini berhasil turun ke kaki Pegunungan Alpen pada tanggal 7 September pukul 14.00 WIB.
Meskipun mereka telah berhasil mencapai puncak Eiger, ekspedisi ini belum berakhir, dan masih ada beberapa percobaan lagi untuk menyelesaikan misi Alpine Trilogy mereka. Mereka memohon doa dan dukungan agar selalu diberikan perlindungan, keselamatan, dan kesehatan selama petualangan mereka di Pegunungan Alpen dan saat kembali ke Indonesia.