Dulu Jadi PRT, Begini Kisah Sukses Wanita Ciamis Bisnis Hijab Hingga Dapat Ratusan Juta Perbulan

Dinda Rachmawati Suara.Com
Senin, 11 September 2023 | 20:30 WIB
Dulu Jadi PRT, Begini Kisah Sukses Wanita Ciamis Bisnis Hijab Hingga Dapat Ratusan Juta Perbulan
Kisah Sukses Pebisnis Hijab Dapat Rp100 Juta di Tahun Pertama (YouTube/Naik Kelas)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebagai salah satu negara dengan populasi Muslim terbanyak, pasar hijab di Indonesia pun semakin besar. Hal inilah yang membuat tak sedikit orang mencoba peruntungan di bisnis tersebut. Termasuk wanita muda bernama Via yang mencapai kesuksesan di usia muda berkat brand hijab besutannya. 

Pada kanal YouTube Naik Kelas, Via menceritakan kisah sukses yang tak mudah diraihnya. Awalnya, wanita asal Ciamis, Jawa Barat ini memang terbiasa berjualan sejak duduk di bangku SMP. 

Menginjak SMA, Via mulai serius dengan hal tersebut, namun karena modal yang terbatas, ia saat itu hanya sebatas menjadi reseller yang menjual produk-pdoruk milik orang lain. 

Ketika lulus SMA, Via yang saat itu menekuni usaha masker pun pindah ke kota Bandung untuk bekerja sambil melamar ke perguruan tinggi. Sayang, nasib baik tak menghampirinya. Ia sampai frustasi mencari pekerjaan, dan tak lulus dalam ujian universitas negeri.

Baca Juga: Menikah dengan Ikram Rosadi, Larissa Chou Terlihat Tak Gunakan Hijab Syari: Bagaimana Hukumnya Dalam Islam?

"Ikut ke bandung sama orangtua, ada sodara di Bandung mau cari-cari kerja tapi bingung. Daftar testing cuma ngga pernah dapet," kata dia seperti yang Suara.com kutip pada Senin (11/9/2023).

Bisnis Hijab Berhijab.co (YouTube/Naik Kelas)
Bisnis Hijab Berhijab.co (YouTube/Naik Kelas)

Pada akhirnya, Via memilih ikut saudaranya yang bekerja mengasuh anak-anak. Ia dipanggil bila saudaranya membutuhkan bantuan dan dibayar Rp20 ribu perhari sambil berjualan masker di salah satu e-commerce. 

"Itu yang bikin sedih orang lain lagi gimana, aku (malah) bantuin ngurus anak kecil. Dibikin enjoy aja cuma kalo dipikir-pikir, iya ya aku sempet sampe di sana," tambah dia lagi. 

Via yang masih merasa bingung dengan masa depannya dan tujuan hidupnya akhirnya berpikir untuk memulai usaha hijab. Ia pun mengganti jualam maskernya dengan hijab yang ia produksi sendiri. 

Modal dari uang arisan

Baca Juga: Olla Ramlan Copot Jilbab, Belahan Dress jadi Gunjingan

Bermodalkan uang arisan yang didapatkannya senilai Rp3 juta, Via pun mulai belanja kain. Karena tak memiliki pengalaman, saat itu dirinya membeli kain kiloan. Sayangnya, jika dihitung, ia malah merugi karena biaya jahit yang tak menentu.

Dari kesalahan tersebut, Via pun kembali lagi berjualan reseller. Dari sana, pelan-pelan ia mulai mengumpulkan modal kembali dan bekerjasama dengan konveksi.

"Udah rame (pasarnya), ada modal, beli kain dulu roll-an. Jahit dari sini langaung ada, jg yang beli kain ke konveksiin, terus dari konveksi ke sini," ujarnya. 

Menurut Via, kini dirinya hanya menjahit tepi dan labelnya saja. Karena jika tidak bekerjasama dengan konveksi, mengerjakan semuanya sendiri, biaya produksinya akan semakin membengkak.

Seiring berjalannya waktu, usaha yang dirintisnya mulai 2020 silam ini mulai diminati banyak hijabers. Via pun bahkan bisa meneruskan kuliahnya kembali. Ia juga bisa membeli motor, mobil hingga merenovasi rumah kedua orangtuanya. 

Rata-rata, brand yang ia beri nama Berhijab.co ini menjual 1000-2000 pcs hijab perbulan. Keuntungannya pun bisa mencapai Rp100 juta di tahun pertamanya saat usianya menginjak 21 tahun.

"Berawal dari hobi, ada hasilnya, menguntungkan jadi dilanjut. Intinya mah bersyukur soalnya kan masih banyak orang yang cari pekerjaan, jadi ada di titik sekarang harus dimanfaatkan," pungkasnya.

Kini, Via sudah dibantu oleh 5-6 karyawan. Meski tak memiliki ilmu berbisnis, namun ia tak pernah berhenti untuk belajar. Wanita berhijab ini selalu mengikuti kelas-kelas yang bisa.ia ikuti bersama mentor-mentor berpengalaman.

Meski tak mudah, dan ada pasang surut, Via mengungkap jika dirinya selalu melihat hal ini dari sisi postifnya. Ia bahkan pernah rugi belasan juta rupiah akibat salah meriset bahan kain yang ternyata tak bisa diperjualbelikan.

"Pernah gagal meriset produk abis sekitar Rp10-15 juta itu dari bahan sama tekstur tuh beda, jadi ga bisa diperjualbelikan. Jadi sekarang kalau mau belanja bahan buat produk baru aku cek lagi takut hal yang sama keulang," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI