"Kalo awal-awal dulu sama bapak saya selang beberapa bulan bisa dilepas. Ga langsung seperti sekarang dari awal. Kita cari dulu ingredientsnya yang bagus kualitasnya bahan-bahannya gitu kan sampe nemu resep yang bener-bener pas donat si bungsu akhirnya okelah sampai sekarang," ucap dia.
Terus berinovasi
Menurut Ega, selain bisnis di era teknologi digital seperti saat ini yang sangat memudahkan, dirinya tak berhenti berinovasi untuk memuaskan pelanggan. Dari segi topping misalnya, Donat Si Bungsu tak hanya bermain topping coklat ataupun keju, tapi juga melukisnya dengan berbagai karakter unik dan warna.
"Saya kepikiran saya hobi gambar, akhirnya tuangin ke donat. Caranya gimana, toppingny itu bener-bener kaya karakter, pakai tulisan, bisa dicustom juga," ujar dia.
Selain itu kata Ega, jika donat identik dengan rasa manis, Donat Si Bungsu juga menghadirkan jenis donat gurih dengan topping seperti abon, sosis dan saus dan sebagainya untuk mereka yang tak terlalu suka makanan manis.
Donat-donat tersebut dijualnya dengan harga terjangkau, yakni Rp4 ribu, sementara untuk donat karakter dijual Rp5 ribu. Kini, dari hanya membuat 5p donat sehari yang jarang habis, Donat Si Bungsu bisa memproduksi 2000 donat sehari untuk 11 outletnya.
Tak main-main kata Ega, omzetnya pun saat ini mencapai Rp200-230 juta perbulan! Ia pun berterimakasih pada sang ayah yang terus memotivasinya untuk menjadi orang yang sukses dan tak mudah menyerah. Berkat perjuangan sang ayah selepas ditinggalkan sang ibu untuk selama-lamanya, Ega jadi memiliki contoh sosok pekerja keras.