Suara.com - Banyaknya brand donat yamg sudah populer di tengah masyarakat tak membuat Ega Nur Akbar Malik pesimis untuk menjalankan usaha Donat Si Bungsu yang ia rintis pada 2017 silam.
Pada YouTube Naik Kelas, Ega menceritakan kisah inspiratif membangun usahanya, yang saat ini telah memiliki omzet hingga lebih dari Rp200 juta perbulan. Sebelumnya, pria asal Tasikmalaya, Jawa Barat ini memang sempat bekerja di sebuah mall di Bekasi.
Sayangnya, setelah 1,5 tahun bekerja Ega ia mulai bosan dengan rutinitasnya yang begitu-begitu saja tanpa memiliki kemajuan yang berarti. Ia pun ingat jika sang ayah yang merupakan orangtua tunggal, menghidupi dirinya dengan berjualan donat.
"Dulu itu, waktu saya kecil, saya SD, kalo ga salah saya tahu kalo bapak saya tuh udah pernah bikin dan jual (donat) dari satu daerah ke daerah lainnya. Pada akhirnya ga bikin lagi ga tau kenapa," ucapnya seperti yang Suara.com kutip pada Sabtu (9/9/2023).
Baca Juga: Ulasan Buku Indonesia Berani, Keterbatasan Fisik Bukan Penghalang Kesuksesan
"Saya ngerasa kerja begini-begini aja yang namanya rutinitas setiap hari pas pulang kerja kepikiran, kok kayanya dulu bapak pernah bikin donat kenapa ga bikin lagi gitu kan. Akhirnya saya kepikiran pengen ada usaha sendiri itu cocok tuh kayanya bikin donat bisa menjadi peluang usaha gitu kan," jelas Ega lagi.
Hingga akhirnya Ega pun berani untuk mengajukan pengunduruan diri meski nasibnya belum jelas, apa yang akan dilakukannya selepas keluar dari tempatnya bekerja. Setelah mengurus pengunduran diri, ia pun pulang ke Tasikmalaya untuk menemui sang ayah.
Bermodalkan Gerobak dan Mesin Pengaduk Adonan
Hal pertama yang Ega lakukan adalah meminta ayahnya untuk mengajarkannya membuat donat. Setelah ia yakin dengan hasilnya, bermodalkan nekat, ia membeli mesin pengaduk adonan dengan kapasitas 5kg dan gerobak untuk berjualan.
Menurut Ega, dari modal sederhana itulah ia mulai melakukan trial and error, mencoba berbagai resep dan bahan agar kualitas juga rasa donatnya terus meningkat dan disukai pelanggan. Tentu perjalanannya tidak selalu mulus.
Ega bercerita jika dirinya pernah melihat seorang pembeli yang membuat donat yang sudah ia gigit ke tempat sampah di depan outletnya. Bukannya kena mental, dari sana ia terus mencari kesalahan introspeksi diri, apa yang salah dengan donatnya hingga menemukan resep final seperti saat ini.
"Kalo awal-awal dulu sama bapak saya selang beberapa bulan bisa dilepas. Ga langsung seperti sekarang dari awal. Kita cari dulu ingredientsnya yang bagus kualitasnya bahan-bahannya gitu kan sampe nemu resep yang bener-bener pas donat si bungsu akhirnya okelah sampai sekarang," ucap dia.
Terus berinovasi
Menurut Ega, selain bisnis di era teknologi digital seperti saat ini yang sangat memudahkan, dirinya tak berhenti berinovasi untuk memuaskan pelanggan. Dari segi topping misalnya, Donat Si Bungsu tak hanya bermain topping coklat ataupun keju, tapi juga melukisnya dengan berbagai karakter unik dan warna.
"Saya kepikiran saya hobi gambar, akhirnya tuangin ke donat. Caranya gimana, toppingny itu bener-bener kaya karakter, pakai tulisan, bisa dicustom juga," ujar dia.
Selain itu kata Ega, jika donat identik dengan rasa manis, Donat Si Bungsu juga menghadirkan jenis donat gurih dengan topping seperti abon, sosis dan saus dan sebagainya untuk mereka yang tak terlalu suka makanan manis.
Donat-donat tersebut dijualnya dengan harga terjangkau, yakni Rp4 ribu, sementara untuk donat karakter dijual Rp5 ribu. Kini, dari hanya membuat 5p donat sehari yang jarang habis, Donat Si Bungsu bisa memproduksi 2000 donat sehari untuk 11 outletnya.
Tak main-main kata Ega, omzetnya pun saat ini mencapai Rp200-230 juta perbulan! Ia pun berterimakasih pada sang ayah yang terus memotivasinya untuk menjadi orang yang sukses dan tak mudah menyerah. Berkat perjuangan sang ayah selepas ditinggalkan sang ibu untuk selama-lamanya, Ega jadi memiliki contoh sosok pekerja keras.