Suara.com - Viral pernyataan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyebut tindakan Anies Baswedan dan Surya Paloh sebagai 'prank musang berbulu domba'. Apa sih artinya?
Pernyataan SBY tersebut menanggapi dipilihnya Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sebagai Cawapres Anies Baswedan dan meninggalkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
"Ada lagi komentar 'ini Demokrat kena prank dari musang berbulu domba'," kata SBY, Sidang Majelis Tinggi Partai untuk menetukan nasib partainya dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) di Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (1/9/2023).
Lalu apa sih arti prank dan musang berbulu domba? SBY sendiri mengartikan musang berbulu domba seabagai sosok yang berkhianat setelah berpura-pura baik.
Baca Juga: SBY Merasa Dikhianati Anies Baswedan: Sekarang Saja Tak Jujur, Apalagi Jadi Pemimpin
"Tapi musang berbulu domba itu di depan bersikap baik manis lembut penuh persahabayan tapi dibalik itu kalau kita lemah dan lengah kita akan dicaplok dan di makan habis," sambungnya.
Penafsiran SBY ini mirip dengan peribahasa Indonesia lainnya yakni serigala berbulu domba dan juga musang berbulu ayam. Keduanya memiliki makna yang mirip, yakni sosok yang berkhianat setelah sebelumnya terlihat pura-pura baik.
Bagaimana dengan prank? Prank dapat dijelaskan sebagai tindakan atau lelucon yang dilakukan dengan tujuan untuk menghibur atau membuat orang tertawa, tetapi tidak dengan niat jahat atau merugikan. Prank seringkali melibatkan tindakan lucu atau tidak terduga yang sengaja dirancang untuk membuat orang terkejut, terpingkal-pingkal, atau bahkan tercengang.
Namun kekinian makna prank bergeser menjadi tindakan dengan niat menjahili atau menakuti orang. Tidak sedikit juga tindakan prank dilakukan dengan niat merugikan orang lain dan mencari keuntungan pribadi.
Dalam konteks prank, penting untuk selalu mempertimbangkan dampak tindakan tersebut pada orang lain dan menjaga kebijaksanaan, etika, serta keselamatan sebagai prioritas utama. Prank yang cerdas dan lucu seharusnya tidak merugikan siapa pun atau melanggar hak individu. Oleh karena itu, penting untuk berpikir dua kali sebelum melakukan prank dan selalu menghormati batasan-batasan etika serta hukum yang berlaku.
Baca Juga: Tok! Partai Demokrat Cabut Dukungan untuk Anies Baswedan dan Keluar dari KPP
Beberapa prank dapat bersifat merendahkan, merugikan perasaan, atau mendiskriminasi individu atau kelompok tertentu. Prank semacam ini sering kali menciptakan kontroversi karena mereka bisa menjadi bentuk pelecehan.
Prank yang melibatkan pelanggaran privasi seseorang atau mengungkapkan informasi pribadi tanpa izin dapat menimbulkan kontroversi serius dan memiliki implikasi hukum.
Beberapa orang mungkin rentan terhadap tekanan psikologis dan stres yang ditimbulkan oleh prank, terutama jika prank tersebut mengganggu hidup sehari-hari mereka. Ini dapat menciptakan ketegangan dan konflik dalam hubungan interpersonal.