Suara.com - Xenophobia adalah ketakutan terhadap orang asing. Kata tersebut juga digunakan untuk menggambarkan sikap prasangka dan pandangan yang eksklusif terhadap orang asing dan orang-orang tertentu berdasarkan latar belakang dan identitasnya.
Dikutip dari Sediksi, hal ini juga dapat bermanifestasi sebagai bentuk permusuhan terhadap kelompok etnis tertentu. Perasaan ini mengacu pada serangkaian keyakinan yang agresif, penuh rasa takut, dan bermusuhan. Itu berasal dari ideologi dan pandangan dunia seseorang, bukan dari suatu kelainan.
Orang-orang yang paling terkena dampak ini bukanlah orang-orang yang menganut pandangan itu sendiri, namun target dari pandangan tersebut. Ini dapat mencakup:
* Imigran
Baca Juga: Ketakutan yang Dimiliki 4 Zodiak ini dalam Sebuah Hubungan, Kamu Termasuk?
* Pengungsi
* Kelompok agama minoritas
* Orang-orang dari budaya yang berbeda
Penyebab
Berdasarkan ulasan di opini, ada sejumlah faktor berbeda yang diyakini berkontribusi terhadap hal ini :
Baca Juga: 4 Fobia Paling Unik dan Jarang Ditemui, Ada yang Takut Uang!
Ketidakamanan sosial dan ekonomi
Masyarakat seringkali mencari pihak yang dapat disalahkan ketika terjadi kesulitan ekonomi atau gejolak sosial. Imigran dan kelompok minoritas seringkali dijadikan kambing hitam sebagai penyebab permasalahan masyarakat.
Kurangnya kontak
Orang-orang yang sedikit atau tidak ada kontak sama sekali dengan orang-orang dari budaya atau latar belakang lain cenderung merasa khawatir atau tidak percaya terhadap mereka.
Penggambaran di media
Cara menggambarkan imigran dan minoritas di media juga dapat mempengaruhi sikap masyarakat terhadap mereka. Jika hanya ditampilkan secara negatif, hal ini dapat memperkuat prasangka masyarakat.
Takut pada orang asing
Secara umum, orang lebih cenderung khawatir pada hal-hal asing. Hal ini dapat berlaku baik pada penampilan fisik maupun perbedaan budaya.
Contoh
Sayangnya, perasaan ini terlalu umum terjadi. Hal ini dapat berkisar dari tindakan diskriminasi yang terselubung atau komentar halus hingga tindakan prasangka atau bahkan kekerasan yang terang-terangan.
Beberapa contohnya meliputi :
Kebijakan imigrasi
Hal ini dapat mempengaruhi cara suatu negara menangani imigrasi. Hal ini mungkin termasuk permusuhan dan diskriminasi terhadap imigran. Kelompok masyarakat tertentu mungkin menjadi sasaran larangan yang dirancang untuk mencegah mereka berpindah ke lokasi tertentu.
Pengungsian
Di AS, pemindahan paksa masyarakat adat dari tanah mereka adalah contoh dari kondisi ini. Penggunaan sekolah asrama di AS dan Kanada juga berakar pada sikap ini dan dirancang untuk memaksa asimilasi budaya penduduk asli Amerika.
Kekerasan
Misalnya, serangan terhadap orang keturunan Asia meningkat setelah pandemi COVID-19.
Garis Tipis dengan Rasisme
Ada garis tipis antara hal tersebut dan rasisme, tetapi kedua kata tersebut tidak saling berhubungan. Sesuai dengan istilahnya, fobia tersebut adalah kekhawatiran terhadap orang asing dan adat istiadat mereka yang seringkali berubah menjadi rasa tidak suka yang intens.
Di sisi lain, rasisme adalah keyakinan kuat pada gagasan salah yang mengukur nilai dan kemampuan seseorang berdasarkan atribut fisik seperti warna kulit dan rambut.
Meskipun keduanya menyatu dalam beberapa aspek, namun kekhawatiran itu tidak mengarah pada diskriminasi berdasarkan ciri fisik atau keanggotaan seseorang dalam kelompok orang tertentu. Namun cenderung membagi orang menjadi dua kelompok, yakni orang dalam dan orang luar.
Hal ini pada gilirannya menimbulkan kekhawatiran dan rasa tidak aman terhadap pihak luar yang dianggap menimbulkan ancaman terhadap penduduk yang ada.
Cara Mengatasi
Pada tingkat individu, orang dapat melawannya melalui :
Pendidikan
Luangkan waktu untuk mempelajarinya, termasuk mitos dan stereotipnya, serta dampaknya terhadap kelompok marginal. Carilah artikel, buku, dan media lain yang datang langsung dari masyarakat marginal.
Kesadaran diri
Banyak orang tumbuh dengan pesan ketakutan, baik dari keluarga, teman sebaya, atau berita. Penting bagi kita untuk menyadari asumsi-asumsi kita sendiri dan menantang asumsi-asumsi tersebut, khususnya bagi orang-orang yang mempunyai kekuasaan.
Meskipun ini bukanlah suatu kondisi kesehatan mental, pendekatan seperti terapi perilaku kognitif dapat membantu penderitanya,
Apresiasi budaya
Memperluas pemahaman mereka tentang makanan, musik, film, dan banyak lagi mungkin bermanfaat bagi masyarakat. Misalnya, pengasuh mungkin mendorong anak-anak mereka untuk membaca buku dengan karakter yang beragam, atau mencoba makanan dari berbagai masakan.