Menaklukkan Gunung Lawu, Pecinta Alam Ini Sempat Dengar Suara Gamelan dan Tersesat di Jalan

Sabtu, 02 September 2023 | 12:10 WIB
Menaklukkan Gunung Lawu, Pecinta Alam Ini Sempat Dengar Suara Gamelan dan Tersesat di Jalan
Pecinta alam, Dewi Yan Sari Silalahi. (Dok: Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bagi banyak pecinta alam, naik gunung adalah aktivitas yang menantang, sekaligus menyenangkan. Menikmati pemandangan di gunung bisa membuat proses "healing batin" yang manjur.

Namun selalu ada kisah menarik, bahkan mistis, saat mendaki gunung.

Hal ini dialami pecinta alam, Dewi Yan Sari Silalahi, yang baru-baru ini mendaki Gunung Lawu. Banyak pendaki lokal sering menyebut Gunung Lawu sebagai gunung sakral sekaligus angker.

Hal-hal mistis di seputar Gunung Lawu sering terjadi, mulai dari suara gamelan, pria berpakaian adat Jawa, kupu-kupu bercahaya, kijang emas, burung jalak, hingga keberadaan pasar setan.

Baca Juga: 3 Filosofi yang Dapat Diambil dari Mendaki Gunung, Menaklukkan Batasan Diri

Ketika senja mulai berubah perlahan ke malam, ketika itulah Dewi dan rombongan meninggalkan pos 4 menuju pos 5 di jalur pendakian Gunung Lawu.

Di perjalanan, Dewi mendengar sayup suara gamelan dari kejauhan. Namun seiring medan menanjak yang dilewati, suara itu terdengar makin jelas.

Dewi berusaha mengabaikan, namun suaranya semakin kencang menusuk kuping. Badan dan langkahnya pun jadi terasa berat sekali.

Saat menanjak, tiba-tiba mata Dewi menangkap sesosok pria berpakaian adat Jawa, dengan syal kuning di leher. Badannya langsung terasa lemas hingga jatuh tak sadarkan diri.

Entah berapa lama, Dewi hanya ingat ia menangis dan berusaha menolak ajakan pria itu.

Baca Juga: Tips Nyaman Mendaki Gunung Bagi Wanita, Perhatikan Sepatu dan Latihan Fisik

Setelah siuman, seorang teman menceritakan kejadian tersebut.

"Posisi kamu di belakang aku. Saat berjalan, kamu sudah mulai pelan, sedikit tatapan kosong, tengok kanan tengok kiri dan tiba-tiba jatuh pingsan tidak sadarkan diri," jelas Adrias Suryaditia Putra kepada Dewi.

"Lalu orang kami melepas tas dan mencoba menolong. Ada yang memakaikan jas hujan, mengoles minyak kayu putih, dan bertanya apa yang kamu rasakan," lanjut Adrias.

Menurut keterangan Adrias, Dewi juga berteriak-teriak sambil bilang, "Tidak boleh di sini!"

Dewi terjatuh dengan mata tertutup menangis dan kedua tangan menutup telinga, "Suara-suara itu kencang sekali! Jangan! Pergi, pergi, pergi! Dewi terus menangis tanpa henti."

"Teman-teman terus menyuruh kamu untuk bangun, Adrias melanjutkan ceritanya. "Buka mata Dewil! Ayo buka mata! Hingga akhirnya kamu tersadar," tambah Adrias.

Dewi dan rombongan pun melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan tangan Dewi dipegangi terus oleh Eko dan porter.

Menurut temannya, tatapan mata Dewi kosong. Dalam perjalanan, kata temannya lagi, sering tiba-tiba Dewi berhenti seperti melihat sesuatu.

Akhirnya rombongan sampai di camp untuk istrahat dan bermalam. Setelah sampai di tenda, Dewi langsung tidur.

Tetapi menurut cerita temannya, Dewi langsung bergegas ganti baju, berdandan, pakai minyak wangi dan syal di leher, lalu keluar dari tenda dan bertanya, "Aku sudah cantik kan?"

Teman tadi langsung menarik Dewi dan menyuruhnya duduk. Dewi pun akhirnya tertidur.

Ketika tidur, Dewi bermimpi dibukakan pintu dan disuruh keluar menuju tempat pertunjukan musik Jawa. Ia keluar dan berjalan menujuh arah tersebut.

Namun di persimpangan jalan, ada empat orang menghalangi dan menariknya.

Sosok lelaki tua dan perempuan tinggi putih menarik tangan Dewi dan melarangnya pergi ke sana. Dewi pun menangis dan berusaha menggigit tangan perempuan itu agar melepaskanya.

Alih-alih melepaskan, perempuan itu malah memeluk dan berkata, supaya Dewi tidak pergi ke sana, serta berhenti mengamuk dan menangis.

"Kalau kamu pergi ke sana, nanti kamu tidak bisa kembali. Kamu masih punya tugas dan tempat di sini", katanya lagi.

Tiba-tiba ada beberapa orang datang menghampiri Dewi dan lelaki tua tadi memberikan tangan Dewi kepada mereka, agar membawanya pergi.

Mereka pun berjalan ke arah lain. Ketika berjalan, Dewi melihat sosok lelaki berpakaian adat Jawa dengan wajah sedih, yang terus melihat ke arahnya.

Hingga akhirnya saat bangun pagi Dewi baru sadar, ternyata sudah pindah tenda. Beberapa teman menceritakan bahwa Dewi tiba-tiba keluar tenda lewat pintu belakang.

Menurut teman-teman Dewi, ada tiga pendaki menanyakan, apakah ada anggota rombongan perempuan yang keluar tenda jalan sendirian?

Teman-teman memeriksa tenda dan baru tahu, kalau ternyata Dewi tidak ada.

Mereka lari mengejar dan membawanya kembali masuk tenda. Dewi merasa aneh karena mimpinya terasa sangat nyata.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI