Suara.com - Isu perselingkuhan tengah jadi perbincangan publik pasca beredar data 172 kasus selingkuh yang dilakukan Aparat Sipil Negara (ASN) atau PNS. Berkhianat kepada pasangan sah sebenarnya bukan hal yang akan terjadi secara tiba-tiba.
Psikiater dr. Santi Yuliani mengatakan bahwa fenomena perselingkuhan termasuk pelanggaran sebuah kepercayaan, pengkhianatan atau pemutusan kesepakatan dalam hubungan. Ia mengatakan kalau ada tiga tahapan ketika seseorang melakukan selingkuh, yaitu lust (nafsu), attraction (ketertarikan), dan attachment (keterikatan).
Fase lust menjadi pintu masuk perselingkuhan yang merupakan kondisi psikologis akibat kemunculan nafsu karena hormon testosteron dan estrogen mendominasi.
Kemudian, pada fase attraction, seseorang akan makin mencari tahu mengenai informasi tentang orang yang menarik baginya sebagai bentuk reward. Begitu dilanjutkan, seseorang akan masuk ke emotional affair.
Baca Juga: Uang 'Jajan' Perjalanan Dinas PNS RI ke Inggris Tembus Rp11,6 Juta Per Hari
“Pada tahap emotional affair, seseorang yang selingkuh mulai berdandan ke kantor, mulai bohong ke pasangannya, mulai menghabiskan waktu di kantor lebih lama, kalau bisa dinas di luar kota, atau mulai texting-texting tanpa diketahui pasangannya,” jelas dokter yang bertugas di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang tersebut.
Dikutip dari siaran pers Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN), dokter Santi menyampaikan bahwa apabila gejala tersebut tidak diobati, selanjutnya akan masuk ke fase attachment di mana hormon yang terlibat adalah vasopressin dan oxytocin sehingga sulit untuk dipisahkan.
Di satu sisi, perselingkuhan dapat mengakibatkan dampak yang buruk secara individu baik terhadap korban maupun pelaku. Dokter Santi juga menjelaskan kalau korban perselingkuhan butuh waktu yang sangat panjang untuk bisa masuk ke dalam pemulihan.
“Bagi pelaku perselingkuhan, dalam jangka panjang dapat mengakibatkan stress hingga terjangkit sakit jantung, depresi, stoke, bahkan suicide karena capek tidak bisa menyelesaikan permasalahan perselingkuhannya,” jelasnya.
Selain dampak negatif terhadap individu, perselingkuhan yang terjadi pada ASN juga berisiko mengganggu pekerjaannya yang biasa dilakukan sehari-hari. Ia juga berpesan kalau selingkuh tidak bisa menjadi solusi dari masalah, tetapi justru menambah masalah.
Baca Juga: Uang Perjalanan Dinas PNS Makin Tokcer, Tertinggi Rp580 Ribu
“Menjadi ASN juga menjadi role model, bukan hanya terkait mampu berprestasi tapi juga mampu mengontrol diri sehingga tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan diri sendiri,” pesan dokter Santi.