Suara.com - Kekurangan Indra Bekti terus dikuliti oleh mertuanya sendiri Marjam Abdurahman. Pernyataannya terus beredar diberbagai media pasca anaknya Aldila Jelita memutuskan rujuk dengan Indra Bekti setelah setengah tahun cerai.
Mulanya Marjam tak setuju mereka rujuk karena merasa Indra Bekti sudah melakukan kesalahan fatal pada 2016 lalu. Marjam sampai meminta agar Indra Bekti lakukan taubat nasuha sampai belajar membaca Al Quran di pesantren.
"Dila bukan malaikat yang mengampuni orang sesaat, ya kan? Kita harus melihat karakter si Bekti itu. Apakah dia bisa?" kata Marjam, mengutip tayangan RUMPI pada Rabu (30/8/2023).
Marjam meminta Indra Bekti memperbaiki perilaku dan kebiasaannya dengan taubat dan membaca kitab suci Al Quran dalam masa taubatnya.
Baca Juga: Dibongkar Ibu Mertua, Indra Bekti Sempat Berzina sebelum Alami Pecah Pembuluh Darah di Otak
"Dengan dia belajar ngaji Alquran lagi. Bekti tidak bisa baca Alquran. Jadi belajar dulu dia, ke pesantren dulu aja lah belajar," imbuhnya.
Membaca Al Quran bagi umat muslim disebut termasuk ibadah paling utama di antara ibadah yang lainnya. Sebagaimana hadist Nabi Muhammad yang diriwayatkan al-Baihaqi oleh an-Nu‘man ibn Basyir:
Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baiknya ibadah umatku adalah membaca Al Quran". (HR. al-Baihaqi).
Dikutip dari NU Online, orang mukmin yang selalu membaca Al Quran digambarkan dalam hadits Abu Dawud juga disebut seperti buah yang wangi dan manis. Sedangkan orang mukmin yang tidak suka membaca Al Quran digambarkan seperti buah yang rasanya manis namun tidak wangi.
Selanjutnya, orang fasik yang suka membaca Al Quran digambarkan seperti buah yang aromanya wangi namun rasanya pahit. Sementara, orang fasik yang tidak suka membaca Al Quran, digambarkan seperti buah yang tidak beraroma dan rasanya juga pahit.
Baca Juga: Jadi Artis yang Miskin, Indra Bekti Punya Rumah yang akan Disita dan Utang Miliaran
Al Quran sendiri tertulis, “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat,” (QS. Al-A‘raf [7]: 204).
Menurut para ulama tafsir, adanya perintah menyimak bacaan Al Quran berarti adanya perintah membacanya juga. Jika mendengar saja sudah mengundang rahmat, apalagi membacanya.
Hadits tentang keutamaan membaca Al Quran yang cukup familiar riwayat oleh Abdullah Ibnu Mas‘ud yang menyatakan, setiap huruf yang dibaca akan diberi balasan satu kebaikan. Setiap kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh dan seterusnya. Sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
"Kata ‘Abdullah ibn Mas‘ud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa saja membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf,” (HR. At-Tirmidzi).
Menurut ‘Ali ibn Abi Thalib karramallahu wajhah, keutamaan yang dungkap hadits di atas diperuntukkan kepada orang yang membacanya di luar salat walaupun tidak dalam keadaan suci.
Sementara keutamaan orang yang membaca ayat Al Quran dalam salat dan dilakukan saat berdiri, maka balasannya adalah 100 kebaikan. Kemudian jika dibaca pada saat duduk salat, balasannya ialah 50 kebaikan. Adapun dibaca di luar salat dan dalam keadaan suci, balasannya sampai 25 kebaikan.